TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Yuyun (23) (bukan nama sebenarnya), wanita penghibur asal Kalijodo ini memilih melanjutkan profesinya di Koljem Cilincing, Jakarta Utara.
Wanita berambut pendek asal Semarang ini mengaku tidak sediri, tetapi datang bersama sejumlah temannya,
"Saya sudah seminggu di sini. Begitu Pemerintah memberikan SP 1 di Kawasan Kalijodo, ya saya langsung pindah," katanya.
Ia memilih keluar dari Kalijodo lebih awal karena yakin bangunan tempatnya mangkal akan dihancurkan.
"Saya mengundurkan diri, karena saya sih yakin, pasti dihancurin (Bangunan di Kalijodo-red) sama pemerintah. Nyatanya benar juga kan," katanya.
Alasan dia tidak pulang kampung lantaran harus memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta mengirimkan uang bulanan kepada anaknya di kampung.
"Jujur, saya masih nyaman di Kalijodo. Walaupun kerjaannya hina, tapi ini masalahnya lain. Masalah perut mas," ucapnya.
Dikatakannya setiap bulan, dirinya harus transfer uang untuk adik-adiknya di kampung sebesar Rp 1 juta.
sementara dirinya hanya memegang Rp 800 ribu.
"Sisanya mengandalkan uang tip. Saya juga yakin, di sini (Koljem) bakalan ditertibkan. Makanya saya mengumpukan uang untuk pulang kampung. Dua bulan lagi mungkin ya," katanya.
Jumlah wanita penghibur di Koljem awalnya berjumlah 30 sampai 50 orang, setelah ada eksodus dari Kalijodo meningkat hampir dua kali lipat.
Menurut pengakuan beberapa warga, para wanita penghibur ini umumnya yang tak punya uang untuk pulang ke kampung halamannya.
Wawan (33), warga di Kawasan Koljem yang berprofesi sebagai petugas keamanan mengatakan bahwa para wanita itu datang secara bergelombang.
"Rata-rata wanita penghibur baru ini asalnya dari Kalijodo," kata Wawan kepada Warta Kota, pekan lalu.