Ruangan itu lah yang menjadi tempat tinggal sementara sekaligus tempat para pelaku saat mengupas satu per satu potongan kabel dengan pisau atau cutter dengan membakar dahulu bagian kulitnya.
Sejumlah senter dihidupkan untuk menerangi saat para pelaku mengupas dan mengambil tembaga dan timah dari potongan-potongan kabel.
Dalam sekali beraksi, mereka bisa bertahan di dalam gorong-gorong itu hingga dua hari dua malam. Oleh karena itu, mereka juga menyiapkan sejumlah makanan dan minuman untuk bekal bertahan hidup di dalam gorong-gorong tersebut.
Bahkan, mereka membawa kaos, celana pendek dan celana dalam cadangan hingga accu motor untuk pengisian ulang listrik senter. Tak heran, polisi menemukan beberapa potong celana pendek dan celana dalam saat menyelidiki kasus ini dengan menyusuri gorong-gorong tersebut beberapa waktu lalu.
Begitu potongan tembaga dan timah terkumpul, para pelaku mengeluarkan barang logam bernilai tinggi itu melalui celah trotoar jalan. Seorang pelaku lainnya sudah siap di atasnya, dengan gerobak untuk mengangkut dan menjual tembaga dan timah tersebut. Pengangkatan potongan tembaga dan timah itu selalu dilakukan pada dini hari demi menghindari pengawasan petugas Satpol PP.
Begitu satu kelompok menyelesaikan 'perburuan harta karun', kelompok lainnya sudah siap melanjutkan aksi tersebut dengan cara yang sama.
Kepada petugas, para pelaku mengaku sudah melakukan pencurian isi kabel bak tikus got itu sejak 2013 hingga 2015. Mereka menjual hasil buruannya itu ke wilayah Kemayoran, Jakpus, dengan harga Rp40 ribu-Rp60 ribu per Kg untuk tembaga dan Rp10 ribu hingga Rp20 ribu untuk timah. Dalam tiga minggu saja mereka berhasil mengangkut sekitar 800 Kg tembaga.
Sementara, sampah kabel ditinggalkan di gorong-gorong karena hanya dihargai Rp1.000 per Kg di pasaran.
Pengungkapan kasus pencurian isi kabel ini berawal dari temuan 125 kubik atau sebanyak 25 truk sampah kabel di gorong-gorong saluran air seputaran Jalan Medan Merdeka Selatan pada akhir Februari dan awal Maret 2016. Sampah tersebut diduga menjadi salah satu penyebab tersendatnya aliran air di gorong-gorong sehingga muncul genangan di jalan protokol kawasan tersebut kala saat musim hujan.