TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bripka Triyono, anggota Pengamanan Obyek Vital (Pam Bibit) Polresta Depok, Jawa Barat, membunuh istrinya, Ratnita Handriani (37), beberapa hari lalu. Tindakan tersebut dilakukan Triyono bersama seorang temannya.
Mengapa seorang polisi bisa melakukan hal semacam itu?
Pengamat kepolisian, Bambang Widodo Umar, menilai, ada kelemahan dalam pembinaan mental anggota kepolisian, khususnya di jajaran terdepan, seperti polsek dan polres. Akibatnya, personel polisi di jajaran tersebut paling rentan melanggar hukum.
"Ini menunjukkan pembinaan mental di tingkat polres dan polsek cenderung lemah. Padahal, di sana kadang terlalu berat beban pekerjaannya," kata Bambang saat dihubungi Kompas.com, Selasa (29/3/2016).
Pembinaan mental yang bisa dilakukan menurut Bambang meliputi nasihat rutin atau pengarahan, yang bisa dilakukan oleh pemuka agama ataupun pimpinan polisi setempat. Jika pembinaan mental semacam ini lemah, ditambah beban pekerjaan yang berat, anggota kepolisian akan jadi rentan mengalami masalah.
Profesi polisi dekat dengan masalah kriminalitas. Menurut Bambang, kriminalitas bisa menular ke perilaku polisi jika mentalnya lemah.
Ia tak sepakat jika dalil "polisi juga manusia" dipakai untuk membenarkan hal semacam itu. Menurut dia, profesi polisi dilakukan orang terpilih dan berkarakter tinggi yang telah melalui tahapan seleksi.
"Kalau tidak, berarti ada masalah, dong, dalam proses rekrutmennya. Namun, memang, kita dengar, cara main belakang (untuk masuk polisi) masih kita dengar," ujarnya.
Bambang menyarankan adanya konseling dan psikotes berkala bagi anggota polisi. Perkembangan mental anggota, menurut dia, perlu tetap dipantau. Namun, memang, psikotes tidaklah murah.
"Perlu ada maintenance kejiwaannya, tidak hanya briefing oleh misalnya Pak Kiai saja, tetapi ada konseling yang dilakukan. Jadi, bisa tahu kondisi anggotanya gimana. Kalau sudah ditemukan ada masalah karena pekerjaannya, cepat-cepat dipindahkan dulu ke yang lebih tenang pekerjaannya," ujar Bambang.
Bripka Triyono melakukan pembunuhan terhadap istrinya sendiri pada Minggu (27/3/2016) bersama rekannya, Rahmat alias Mamat alias Madun. Triyono sempat memukul istrinya, lalu menyuruh Mamat membekap perempuan itu dengan memakai bantal. Ratnita, istri Triyono, pun tewas.
Motifnya, Triyono kesal karena kerap dimarahi istrinya. Ia menganggap istrinya terlalu cerewet dan sering marah-marah.
Bripka Triyono diketahui memiliki dua anak dari Ratnita, yakni N (7) dan F (5).
Triyono dan Mamat kini diamankan pihak Polresta Depok.
(Robertus Belarminus)