"Si Mamat itu datang melayat Minggu malam, saat korban dinyatakan sudah meninggal dunia oleh dokter," kata Waras.
Bahkan kata Waras, Mamat membantu keluarga korban yang datang ke rumah itu, mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kerabat dan warga yang melayat.
"Dia sempat bantuin pasang lampu, cari baskom untuk tempat uang sumbangan, dan hal lainnya. Pokoknya Mamat, jadi seksi sibuk juga malam itu, bantuin keluarga korban," kata Waras.
Karenanya, kata Waras, saat akhirnya mengetahui bahwa Mamat ikut membantu Bripka Triyono membunuh Ratnita, ia cukup kaget.
"Sikap dan gelagatnya benar-benar gak kelihatan. Dia seperti keluarga yang berduka juga dan cukup sibuk mempersiapkan semuanya," kata Waras.
Waras mengatakan setelah jenasah Ratnita diperiksa dokter Retno, dinyatakan ada kejanggalan dalam meninggalnya Ratnita.
Apalagi di hidung Ratnita ditemukan darah yang sudah mulai mengering.
Akhirnya kata dia, atas desakan keluarga, Bripka melaporkan meninggalnya Ratnita ke Polsek Cimanggis.
Oleh polisi, jenasah dibawa ke RS Polri Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur untuk divisum dan diautopsi.
Menurut Waras, alasan Bripka Triyono meminta dirinya membangunkan istrinya karena Bripka Triyono takut dimarahi sang istri jika ia yang membangunkan.
"Katanya istrinya akan marah-marah jika dibangunkan oleh dia. Selain itu, suaminya curiga istrinya sakit, karena sejak pagi tidur dan belum bangun juga sampai malam," katanya.
Namun saat masuk ke kamar tidur Ratnia, Waras melihat ibu dua anak itu sudah tak sadarkan diri.
"Ada darah di hidungnya yang sudah agak kering," kata dia.
Karenanya kata dia ia meminta sang suami agar memanggil dokter.