TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua penggusuran di kawasan Kalijodo dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta berlalu.
Kawasan yang hendak dijadikan taman dan sarana berolahraga oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok itu kini terus berbenah.
Akibat penggusuran, warga yang dulu sempat tinggal di kawasan itu pun harus pindah ke rumah susun yang disediakan untuk Pemprov, seperti di Rusun Pulogebang, Jakarta Timur.
Melly (53), seorang warga di Kalijodo memilih tinggal di Rusun Pulogebang karena tidak ada tempat tinggal lainnya yang dirasa lebih layak.
Dia bersama puluhan eks warga Kalijodo lainnya, kini menempati Blok H Rusun Pulogebang yang berlantai lima dan memiliki 86 unit kamar dalam satu gedung.
Melly merasa semua hal dimulai dari awal ketika ia bersama dua anak dan dua cucunya pindah ke rusun itu.
"Kami mulai dari nol lagi. Hidup kami berubah. Semuanya," jelas Melly ketika ditemui Tribunnews.com di kediamannya, Jakarta, Jumat (6/5/2016)
Melly yang sempat memiliki enam unit rumah di Kalijodo dan 70 kamar untuk kos, kini hanya menempati unit dengan luas 36 meter persegi dengan satu kamar tidur dan satu kamar mandi serta balkon untuk menjemur di bagian belakang.
Selama berada di Rusun, Melly hanya mengandalkan usaha dari anaknya yang berjualan ayam bakar di dalam komplek rusun.
Jika dibandingkan dengan kehidupannya yang sudah puluhan tahun di Kalijodo, dia menyampaikan hal itu sangat jauh.
"Tidak bisa dibandingkan, saya bisa dapat Rp 15 juta sebulan di Kalijodo. Di sini, ya begitulah," tambahnya.
Susah Usaha
Melly mengatakan bahwa dia sulit untuk melakukan usaha demi menunjang kehidupannya selama di Rusun Pulogebang. Kesulitan ditemui ketika jarang sekali warga yang berada di rusun untuk membeli dagangan yang dia jual, sedangkan harga bahan pokok berbeda antara di kawasan Kalijodo dengan di Pulogebang.
"Di sini sayuran dan bahan buat makanan lebih mahal dibanding di Kalijodo. Mau jualnya bingung, tidak balik modal," ungkapnya.
Dia membandingkan ketika berada di Kalijodo untuk harga satu mie instan yang sudah dimasak sebesar Rp 10 ribu, ketika dia jual Rp 8 ribu di rusun, warga yang berada disana, enggan membeli.
Sama halnya ketika dirinya mencoba berjualan jagung bakar dengan harga RP 6 ribu, warga rusun jarang yang berminat, padahal di Kalijodo harga jagung bakar Rp 13 ribu.
Kesulitan itu yang hanya dapat ia terima saat ini di rusun yang tidak jauh dari kantor wali kota Jakarta Timur tersebut selama dua bulan menjadi warga rusun. Belum lagi, Melly bersama dengan puluhan KK lainnya yang menempati rusun itu harus membayar sewa untuk bulan depan, mengingat Pemprov hanya memberikan jangka waktu gratis selama tiga bulan pertama.
"Apa enggak pusing saya? Belum ada pemasukan, disuruh bayar sewa juga bulan depan," keluhnya.
Dia berharap agar pengelola rusun dan juga pemerintah dapat membuka akses usaha yang luas bagi para eks warga Kalijodo yang sebagian besar merupakan pedagang sehingga mereka mempunyai uang untuk tabungan mereka.