Arif sebelumnya tidak mengenal Ilham dan baru dikenalkan Ral.
Mereka kemudian terlibat pembicaraan dan ternyata mengalami nasib yang sama.
Mereka kesal terhadap Eno karena rasa sukanya dan keinginannya tidak diterima.
"Berdasarkan bukti keterangan, ketiganya berusaha melakukan pendekatan pada korban, tapi korban tidak mau," papar Krishna.
Setelah mengobrol ketiganya lalu kembali masuk ke Mess dengan maksud memperkosa Enno.
Saat masuk Enno yang sedang tidur terlentang lalu dibekap Ilham dengan bantal.
Mereka lalu menganiaya Enno hingga di luar batas kemanusiaan menggunakan pacul yang berada di depan kamar Eno dan garpu yang dibawa pelaku.
Bahkan seorang pelaku bernama Arif sempat memperkosa Eno sebelum membunuhnya.
Eno diduga meninggal karena adanya gagang pacul yang masuk ke dalam tubuhnya.
Berdasarkan hasil autopsi, 90 persen gagang pacul masuk ke dalam tubuh Enno sehingga merusak sejumlah organ tubuh.
Diantaranya yakni luka robek di bagian hati hingga ke bagian atas, luka robek di bagian paru-paru hingga ke bagian atas tubuh, pendarahan di rongga dada, luka di bagian kemaluan, dan luka di kedua payudara korban.
"Luka sangat dalam, pembunuhan biadab dan sadis," kata Krishna.
Pelaku tertawa saat jumpa pers
Hal ketiga yang bikin netizen jengah dan terungkap melalui komentar-komentar mereka di postingan berita Tribunnews maupun fanpage Facebook Tribunnews soal kelakuan tiga tersangka.
Saat jumpa pers bahkan pelaku sempat dibentak oleh polisi.
Laporan wartawan Tribunnews Glery Lazuardi, para tersangka pembunuhan Eno Parihah (19) sempat tertawa sesaat sebelum menghadiri sesi jumpa pers di Main Hall Mapolda Metro Jaya, pada Selasa (17/5/2016) siang lalu.
Aparat kepolisian berseragam dan membawa senjata segera menegur langsung RAI (16), RAr (24), dan IH (24).
“Jangan tertawa,” tutur salah seorang aparat kepolisian memakai pelindung kepala dan bersenjata laras panjang itu kepada para pelaku.
Para pelaku memakai baju seragam berwarna oranye dan masker penutup wajah duduk melingkar di salah satu tempat di Main Hall Mapolda Metro Jaya.
Mereka saling berbisik untuk berkomunikasi satu sama lain.
Sesekali mereka terdiam dan saling memandang satu sama lain.
RAr sempat duduk sambil menekuk kaki, lalu, mengusap mata.
Mereka tak dapat leluasa bergerak karena tangan saling diborgol satu sama lain.(*)