TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah seorang pendiri relawan Teman Ahok, Singgih Widyastono tidak menampik jika 5 orang yang menuding adanya manipulasi dalam mengumpulkan satu juta KTP dukungan untuk Ahok dulunya merupakan bagaian dari relawan.
Hanya saja sebagian dari mereka telah dikeluarkan karena kinerjanya buruk.
"Iya dulunya memang meraka bagian dari relawan, tapi karena kinerja buruk, banyak data yang tidak sesuai, banyak data bodong, ya kami harus bertindak," ujarnya, di Markas Teman Ahok, Pejaten, Jakarta Selatan, Rabu (22/6/2016).
Menurut Singgih apa yang disampaikan kelima orang tersebut mengenai adanya manipulasi jumlah KTP dukungan tidaklah benar.
Apa yang mereka paparkan mengenai adanya manipulasi merupakan bagian dari gerakan untuk mendelegitamasi keberhasil pengumpulan satu juta KTP.
Gerakan tersebut memanfaatkan para barisan sakit hati yang kecewa dengan kebijakan Teman Ahok mengeluarkan mereka.
"Entah kebetulan atau tidak, semua serangan mulai gencar ketika teman Ahok berhasil kumpulkan satu juta KTP. Metode pembusukan seolah-olah dari dalam. Orang yang bersentuhan dengan kita namun kemudian tersingkir,mereka merupakan bagian dari barisan Sakit Hati," kata Singgih.
Sejumlah mantan anggota Teman Ahok ā€ˇmengungkap dugaan kecurangan yang dilakukan Teman Ahok terkait klaim keberhasilan mengumpulkan 1 juta Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Mereka adalah Paulus Romindo sebagai Penanggung Jawab (PJ) Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.
Kemudian, Dodi Hendaryadi, PJ Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
Serta Richard, PJ Kelurahan Kelapa Dua, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Saat memberikan keterangan kepada wartawan, mereka tidak terima dengan sebutan relawan yang diberikan Teman Ahok.
Selain tidak transparan dalam keuangan, mereka juga mengaku dipaksa untuk mengejar target KTP dengan bayaran tertentu.