News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Klarifikasi 'Meme Lebaran Diundur Tiga Tahun Lagi', tvOne Mengaku Dizalimi

Penulis: Robertus Rimawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Redaksi tvOne membantah melakukan kesalahan penulisan tahun. Seperti dikutip dari VIVA.co.id redaksi tvOne menyertakan screenshoot editing asli (gambar atas) sementara gambar bawah disebut tvOne merupakan aksi usil seseorang untuk menjatuhkan kredibilitas tvOne.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beredarnya meme yang jadi viral di media sosial terkait tudingan salah ketik 2016 jadi 2019 yang menuai olok-olok netizen diklarifikasi oleh tvOne, Selasa (5/7/2016).

BERITA SEBELUMNYA: Lebaran Diundur Tiga Tahun Lagi dan Jatuh di Bulan Juni, Dua Stasiun Televisi Panen Olok-olok

Seperti dikutip dari VIVA.co.id Tim redaksi tvOne membantah keras gambar beredar terkait kesalahan penulisan tanggal sidang itsbat untuk hari raya Idul Fitri 2016.

Redaksi tvOne melakukan verifikasi dan memastikan bahwa tvOne tidak melakukan kesalahan.

"tvOne kembali didzalimi terkait meme yang beredar di media sosial soal sidang itsbat. Ini editan," kata Manager Humas tvOne Raldy Doy seperti dikutip dari  VIVA.co.id.

Menurut Raldy, gambar yang beredar tersebut telah mencoreng tvOne.

Ia memastikan hal itu dilakukan orang yang tidak bertanggungjawab.

"Orang ini telah mengedit tayangan tvOne untuk tujuan negatif. Dari pemeriksaan kami, tayangan aslinya tidak seperti itu," imbuh Raldy.

Di media sosial, memang beredar massal sebuah gambar yang menampilkan tayangan breaking news tvOne soal pengumuman hasil sidang itsbat untuk penentuan jadwal idul fitri 2016.

Namun sayangnya dalam gambar yang beredar, tertulis bahwa 1 syawal atau hari pertama Idul Fitri yang menjadi pertanda berakhirnya puasa Ramadan justru tertulis Rabu 6 Juli 2019.

Meme ini pun menjadi viral dan menjadi hujatan serta kritik netizen.

Padahal, sejatinya gambar itu merupakan hasil edit dan dilakukan oleh pihak tak bertanggung jawab.

Harya Hidayat, Direktur Coorporat Communication tvOne pun juga telah memastikan bahwa gambar tersebut tidak bertanggungjawab.

Dan ditujukan untuk hal negatif terhadap kredibilitas tvOne.

"Tayangan asli tertulis benar tahun 2016," katanya.

Idul Fitri jatuh pada 6 Juli 2016

Seperti dikutip dari Kompas.com, tahun ini dua organisasi masyarakat Islam, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, merayakan hari raya Idul Fitri secara bersamaan.

Kedunya menetapkan menetapkan 1 Syawal 1437 H  jatuh pada hari Rabu, 6 Juli 2016.

Wakil Ketua Lembaga Falakiyah PBNU Shohibul Faroji mengatakan bahwa keputusan ini berdasarkan pemantauan langsung hilal atau rukyatul-hilal bil fi'li oleh Tim Rukyatul Hilalatau lembaga Falakiyah PBNU pada 4 Juli 2016 di beberapa lokasi rukyat yang telah ditentukan dan tidak berhasil melihat hilal.

"Dengan demikian, umur bulan Ramadhan 1437 H adalah 30 hari (istikmal). Atas dasar istikmal tersebut dan sesuai dengan pendapat al-madzahihul arba'ah maka awal bulan Syawal 1437 H jatuh pada hari Rabu 6 Juli 2016," ujar Shohibul saat memberikan keterangan di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (4/7/2016).

Shohibul menjelaskan, sebanyak 42 titik pemantauan hilal ada 19 titik yang sudah melaporkan bahwa mereka tidak berhasil melihat hilal.

Ke-19 lokasi tersebut yaitu Gresik, Pantai Genjeran (Surabaya), Pantai Tanjung Kodok, Gebang Pangkalan, Watu Kosek (Pasuruan), Pantai Serang (Blitar), Ngeliyep (Malang), Tanjung Tembaga, Situbondo, Pelabuhan Ratu, Pati, Karangjahe (Rembang), Blora, Season City (Jakarta Barat), Setradar AU (Jombang), Serang, Pantai Gebang, Pantai Jember, Pamekasan.

"Kami sampaikan Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1437 H dengan penuh suka cita. Mohon maaf lahir dan batin."

"Kepada warga NU dan umat Islam pada umumnya agar menyempurnakan ibadah puasa 30 hari dan berhari raya pada Rabu 6 Juli 2016," ungkap Shohibul.

Sementara itu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah juga menetapkan 1 Syawal 1437 H jatuh pada Rabu, 6 Juli 2016.

Keputusan penetapan 1 Syawal ini dituangkan melalui maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2016.

Keputusan ini ditinjau berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal, ijtimak jelang Syawal 1437 H terjadi pada hari ini, Senin (4/7/2016), pukul 18.03 WIB.

Tinggi bulan pada saat terbenam matahari di Yogyakarta (0= -0,7° 48’ dan n\=110° 21’ BT) =-0,1 19’ 13’’ (hilal belum wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam matahari, bulan berada di bawah ufuk.

"Kepada seluruh warga Muhammadiyah untuk melaksanakan ibadah Idul Fitri dengan memperbanyak takbir, tahmid, dan taqdis, membayar zakat fitrah serta menunaikan shalat Idul Fitridi lapangan yang bersih dan representatif sesuai dengan syariat Islam dan sunnah Nabi Muhammad SAW," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (4/6/2016).

Dalam menetapkan 1 Syawal 1437 H, PP Muhammadiyah saat ini menggunakan metode hisab wujudul hilal, yakni memperhitungkan bulan baru berdasarkan hilal yang telah terwujud.

Bukan wujud penyeragaman

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj mengatakan penetapan jatuhnya 1 Syawal 1437 Hijriah pada Rabu, 6 Juli 2016 berdasarkan pantauan objektif ilmiah yang dipegang PBNU yakni melalui sistem rukyat.

"Kesamaan ini bukan hal dipaksakan tapi berdasarkan objektikf ilmiah yang dipegang oleh NU yakni rukyat, kebetulan tahun ini perhitungan rukyat sama dengan perhitungan hisab baik Ramadhan maupun Syawal ini," ujar Said di Gedung PBNU, Jakarta, Senin (4/6/2016).

Ia pun menolak jika kesamaan jatuhnya 1 Syawal sengaja dilakukan untuk keseragaman perayaan lebaran semata.

Menurut dia, penetapan jatuhnya 1 Syawal memang berdasarkan argumentasi masing-masing pihak.

"Jadi bukan semata-mata hanya ingin mewujudkan keseragaman, tidak," kata Said.

Ia mencontohkan penetapan 1 Syawal sebelumnya yang diketahui ada perbedaan terkait jatuhnya hari raya Idul Fitri.

Namun, hal itu tidak masalah jika masing-masing pihak memegang argumentasinya.

"Bila perlu kalau tidak sama ya enggak apa-apa tidak sama. Karena dasar argumentasinya beda, akan tetapi yang tahun ini sama kebetulan sama," ungkap dia.

Diketahui, kedua metode dalam menentukan Hari Raya Idul Fitritersebut selalu mengklaim memiliki dasar yang kuat, dan beberapa kali terjadi perbedaan dalam menentukan awal Ramadan dan Syawal.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini