TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan, Adian Napitupulu, menilai, relawan Teman Ahok justru menciptakan blunder baru bagi sosok calon petahana Basuki Tjahaja Purnama untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang.
BACA: Adian Sebut Teman Ahok Bikin Blunder Baru
Atas blunder tersebut, Adian memepertanyakan langkah Teman Ahok jika calon yang mereka dukung memutuskan ikut jalur partai politik.
Menurut Adian, ada modal yang harus dimiliki Teman Ahok dan 4 cara yang harus dipilih untuk keluar dari blunder yang mereka ciptakan.
"Modal yang harus dimiliki Teman Ahok adalah merubah wajahnya menjadi Muka Tembok yang tahan malu. Persis seperti muka tembok politisi politisi yang selama ini mereka benci dan caci maki. Setelah merubah wajahnya menjadi muka tembok, maka imbuhnya, Teman Ahok harus memilih 1 dari 4 cara ini. Pertama, Teman Ahok setujui Ahok dari jalur Partai tapi mereka harus rela dicaci maki, dihina-dina dan di-bully para penyumbang dana dan pemberi KTP," kata Adian.
Kedua, terang Adian, Teman Ahok konsisten tidak setuju Ahok ikut jalur partai. Dan Teman Ahok memilih jadi golput kemudian meminta 1 juta pemilik KTP yang dikumpulkan untuk ikut Golput.
"Dari pilihan ini maka kemenangan Ahok terancam gagal," dia ingatkan.
Ketiga, lanjut Adian, Teman Ahok setuju Ahok dari jalur Partai tapi Teman Ahok dengan muka tembok harus berani mengakui bahwa KTP yang terverifikasi tidak sampai 500 ribu.
"Dengan demikian syarat Independen tidak terpenuhi," ujarnya.
Atau keempat, Teman Ahok setuju Ahok dari jalur Partai. Teman Ahok tetap menahan malu tapi Heru Budi Hartono, sang calon wakil yang harus dimundurkan.
"Sehingga pencalonan Independen yang mensyaratkan pasangan Cagub dan Cawagub tidak bisa dilakukan," jelasnya.
Dari pilihan-pilihan itu, lebih lanjut yang pasti menjadi korban adalah Rakyat yang sudah percayakan KTP-nya menurut Adian.
"Yang pasti menjadi korban adalah demokrasi yang konon diperjuangkan oleh Teman Ahok. Apapun yang kelak akan dipilih, korban pasti ada karena Buah Simalakama telah dipetik, tak mungkin direkatkan lagi ketangkainya, tak mungkin tak ada korban," tegasnya.