Berbekal uang Rp 100 ribu, Anwar sempat melarikan diri ke Bandung, Purwakarta, Garut dan Banten. "Dia itu sejak pertama kabur langsung ke Bandung dulu dan terakhir dia ke sini (Bogor) sejak hari Rabu," ucap Khrisna.
Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Budi Hermanto menyebut, saat bekal uang habis, Anwar melego gamis dan handphone. "Yang bersangkutan kehabisan uang, dia jual gamis dan handphonenya untuk pergi dari satu kota ke kota lain," jelas Budi.
Polisi akhirnya menangkap Anwar pada Kamis (14/7) sekitar pukul 18.00 WIB. Ia ditangkap di rumah keluarganya di Kampung Barengkok, Batung, Tenjo, Kabupaten Bogor. Anwar ditangkap disebuah rumah semi permanen.
Rumah yang terbuat dari bilik-bilik bambu tersebut seluas 4x6 meter persegi. Rumah tersebut pun tampak tidak mendapat aliran listrik. Pasalnya, untuk penerangan hanya memakai lampu corong.
Di sekitar rumah tersebut hanya terdapat satu rumah yang berjarak kurang lebih lima meter. Sementara disekeliling rumah tersebut merupakan hutan.
Saat disergap polisi posisi Anwar sedang bersembunyi di kamar mandi rumah tersebut. Anwar berada di tempat tersebut selama dua hari sejak Rabu (13/7)
"Saat kami tangkap dia lagi bersembunyi di kamar mandi," ujar Krishna.
Takut Nusakambangan
Anwar juga sempat buka-bukaan perihal alasan kabur dari rutan Salemba. Anwar semula berkilah kabur karena ingin menjenguk ayah yang terserang stroke.
Namun, belakangan Anwar mengaku kabur karena merasa takut menjalani hukuman seumur hidup di Nusakambangan.
"Tadi kita tanya lagi, dia bilang dapat cerita dari tahanan-tahanan lain kalau sesudah setengah masa tahanan, biasanya penghuni akan dipindah ke (Lapas) Nusakambangan," urainya seraya
mengemukakan, Ia takut tidak bertemu keluarga lantaran keluarga Anwar hidup di bawah garis kemiskinan.
"Dia takut nggak ketemu keluarganya lagi. Takut nggak dijenguk kalau misalkan dipindahin ke sana," paparnya. (tribunnews/glery lazuardi/kompas.com)