News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tiap Bulan, Preman Pasar Asemka Keruk Pungli Rp 450 Juta dari Pedagang

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang Kaki Lima (PKL) di bawah jalan layang Pasar Asemka, Tambora, Jakarta Barat, Rabu (11/6/2014).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pungutan liar (pungli) oleh preman terhadap pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Asemka Jakarta tergolong tinggi.

Setiap bulan terhitung Rp 450 juta disedot oleh para preman ini dari pedagang.

Sementara itu, PKL liar tetap dibiarkan berkeliaran.

Padahal Oktober 2015 lalu PKL di Pasar Asemka sudah pernah digusur.

Tapi kemudian para PKL kembali lagi pada bulan Maret 2016.

Sejak itulah ada pungutan sebesar Rp 50.000 dari preman di sana.

Sampai kini, PKL liar pun tetap disana dan tak digusur.

Edy (50), salah satu PKL Pasar Asemka, mengaku ditarik uang setoran Rp 50.000 setiap hari untuk satu lapaknya.

"Preman disini yang tarik. Dibilangnya itu untuk setoran ke Wali Kota (Jakarta Barat)," kata Edy kepada Wartakotalive.com, beberapa waktu lalu.

Menurut Edy, seluruh PKL disana ditarik uang sebesar itu setiap harinya.

Padahal total PKL disana mencapai 300 PKL.

Sehingga dalam sehari terhitung penghasilan kelompok preman dari PKL saja mencapai Rp 15 juta atau Rp 450 juta dalam sebulan.

 Asisten Ekonomi dan Administrasi Pemkot Jakarta Barat, Sri Yuliani, mengatakan, sebenarnya kewenangan untuk menertibkan PKL liar ada di Camat Tambora dan Camat Tamansari.

"Itu kewenangan camat kalau PKL liar. Camat yang mesti menertibkan," kata Sri.

Makanya dia heran mengapa PKL liar disana masih juga ada sebab seharusnya sudah ditertibkan.

Sementara itu, Camat Tambora, Djaharudin, mengatakan, PKL liar kembali pindah ke emperan Pasar Asemka lantaran lokasi Pasar Pejagalan yang jadi tempat relokasi masih sepi sampai awal 2016 lalu.

Makanya para PKL pun kembali lagi pada Maret 2016 ke lokasi Pasar Asemka. Usai digusur pada bulan Oktober 2015.

Djaharudin mengaku baru mulai bertugas sebagai Camat Tambora pada 16 Januari 2016.

Djaharudin mengaku tak kuasa menggusur PKL liar. Sehingga dia pun kemudian melakukan pengaturan saja.

"Pertama saya menjaga agar PKL tak turun sampai ke jalan, lalu dibuat pula garis batas parkir motor," kata Djaharudin. Parkir dibatasi agar tak membuat sempit jalan raya.

Sedangkan soal pungutan Rp 50.000, Djaharudin mengaku tak tahu kemana aliran uang tersebut.

Namun, pantauan Wartakotalive.com, kondisi Pasar Asemka kini tampak semerawut.

PKL makanan dan asesoris tercecer nyaris di setiap sudut trotoar. Sehingga pejalan kaki terpaksa berjalan di jalan raya.

Kemudian mobil yang melintas pun jadi kesulitan, sebab terhalang pejalan kaki yang berjalan di jalan.

Parkir liar pun bahkan sampai masuk ke dalam Masjid At Taubat yang berada di tengah kawasan Pasar Asemka. Mengganggu orang yang mau beribadat.

Penulis: Theo Yonathan Simon Laturiuw

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini