Saat detik-detik hari kelahiran, Boy panik.
Istrinya, Imelda, mengalami kontraksi.
Bergegas Boy membawa Imelda ke Rumah Sakit Rawamangun, Jakarta Timur.
Tapi, tidak diterima dengan alasan tidak memiliki alat lengkap.
Sehingga pihak RS Rawamangun merujuk ke Rumah Sakit Persahabatan.
Datang ke sana, ternyata juga menemui hambatan untuk melahirkan.
Sebab, pihak rumah sakit menyatakan, seluruh ruangan penuh.
Sehingga tak bisa menampung kelahiran anak dari Boy dan Imelda.
"Pada 27 Agustus, anak saya prematur. Saya ke Puskesmas mau menggunakan BPJS Kesehatan. Saya ke Rumah Sakit Rawamangun, tapi tidak ada ruang bayi ICU. Karena 33 minggu beresiko tinggi. Lalu, ke Rumah Sakit Persehabatan, ruang ICU penuh. Akhirnya ke RSCM," ujar Imelda di pendopo Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat (30/9/2016).
Lahir secara prematur, praktis menelan biaya yang tidak sedikit.
Boy membantah, membawa Imelda ke RSCM karena memilah-milih rumah sakit.
Hanya saja, dalam kondisi panik, dia berpikir cepat dan rumah sakit terdekat, sehingga anak dalam kandungan istrinya, bisa dilahirkan dengan selamat.
Sayangnya, sesudah lahir Boy dan Imelda terkejut dengan jumlah tagihan yang disodorkan pihak RSCM.
Keduanya, yang baru di PHK dari kantornya itu diminta membayar biaya rumah sakit sebesar Rp 51,8 juta.