Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudah menjadi kebiasaan bila ada aksi unjuk rasa dengan jumlah massa yang besar berakhir dengan menumpuknya sampah di sekitar lokasi aksi.
Tak terkecuali aksi unjuk rasa ribuan orang yang mendemo Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.
Massa awalnya berjalan dari Masjid Istiqlal menuju Kantor Bareskrim Polri di Gambir, Jakarta Pusat dan berakhir di Kantor Balaikota, Jalan Merdeka Selatan, Jumat (14/10/2016).
Aksi yang dipimpin Ketua Front Pembela Islam, Habib Rizieq Shihab berakhir sekitar pukul 17.00 WIB.
Ditinggalkan demonstran, sampah berserakan di sepanjang JalanMedan Merdeka selatan.
Pemerintah provinsi Jakarta mengerahkan 54 personil dari unit Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Gambir serta Suku Dinas Kebersihan Jakarta Pusat yang memakai seragam oranye.
Walaupun menjadi pekerjaan sehari-harinya, Muhammad Bima (29) warga Cengkareng Jakarta Barat, anggota PPSU Kelurahan Gambir ini harus mengeluarkan tenaga ekstra.
"Ya mau bagaimana lagi, kalau demo pasti banyak sampah. Tapi kita sudah diberi tahu tiga hari sebelum acara," ungkap Muhammad Bima.
Pria yang memiliki pekerjaan sambilan sebagai pedagang ini mengeluhkan tidak adanya uang tambahan untuk membersihkan tumpukan sampah usai aksi massa.
"Ya tidak dapat tambahan, hanya gaji pokok per bulan saja. Padahal biaya bensin perlu untuk perjalanan dari lokasi seharusnya kita bekerja," keluhnya.
Ia menjelaskan setiap hari petugas kebersihan seperti dirinya diberitahukan lokasi mana yang harus dibersihkannya.
"Tadi saya ditempatkan di jalur Jalan Majapahit, Petojo, Gambir, Jakarta Pusat. Capek juga kalau disuruh bersihkan sampah bekas massa demo seperti ini," ungkap Muhammad Bima.