WARTA KOTA/Nurfitri Aprilia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persaingan transportasi umum yang digawangi oleh internet, atau kerap dikenal dengan istilah online, rupanya, juga mempengaruhi stabilitas transportasi tradisional, seperti yang dialami oleh para kusir delman yang berlokasi di Jalan Swadharma, Petukangan Utara, Jakarta Selatan.
Transportasi tradisional yang menggunakan kuda sebagai penggeraknya ini, semakin terpinggirkan oleh transportasi dengan mesin berkekuatan tinggi yang dibawa dari negeri seberang, serta didukung oleh internet sebagai alat pemasarannya.
Meski demikian, saat ditemui pada Rabu (2/11/2016), para kusir delman tersebut tetap terlihat mangkal di ujung jalan swadharma, tidak jauh dari pertigaan lampu merah Jl. Raya Ciledug yang mengarah ke Pasar Cipulir.
Harma (23), salah satu kusir termuda yang merupakan kelahiran Serang Banten ini, sudah sejak 15 tahun lalu berprofesi sebagai kusir di Jalan Swadharma.
Pria muda ini sedikit bercerita mengenai bagaimana roda pergerakan transportasi delman di tahun 2016 sekarang.
Menurut Harma, total pendapatan belakangan ini menurun cukup jauh jika dibanding dengan 2 atau 3 tahun sebelumnya, pria muda ini juga menuturkan selain ojek online atau transportasi umum lain, kendaraan pribadi yang kini mudah didapat juga menjadi salah satu faktor menurunnya jumlah penumpang delman.
"Kalau menurun sih pasti, ada ojek online dan transportasi umum lain, juga kendaraan pribadi yang semakin banyak mbak," ujar Harma.
Yang biasanya total pendapatan perhari bisa stabil di angka Rp 150.000-200.000, di tahun 2016 ini, menurut Harma, pendapatan harian terbanyak hanya sekitar Rp 100.000,
"Kalau lagi kosong, ya paling banyak Rp 50.000, tapi Rp 15.000-20.000 juga pernah," terang pria yang memiliki kuda bernama Jon.
Selain Harma, ada pria yang sudah paruh baya dan masih setia dengan profesinya sebagai kusir.
Hedi Susoro (66), pria yang akrab disapa Haji Soro mengaku sudah melakoni profesi ini sejak tahun 1969 silam di kampung halamannya, Purwokerto.
Menurutnya, meski delman bisa dibilang sudah tergerus oleh jaman namun transportasi ini patut dilestarikan.
Pria yang berdomisili di Petukangan, Jakarta selatan ini mengakui alasannya tetap bertahan adalah demi untuk menjaga usia sejarah delman dan untuk menghidupi sang istri.