TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemampuan para teknisi pengelasan (welding) di Indonesia harus ditingkatkan lagi untuk meningkatkan melalui berbagai pelatihan dan sertifikasi.
Hal itu disadari karena kualitas pengelasan yang lebih baik berdampak pada peningkatan keselamatan kerja di berbagai jenis industri.
Demikian dikatakan Ketua Asosiasi Pengelasan Indonesia (API) Yudia Bakti pada acara penyerahan hadiah The 1st Iwatani-API WS Welding Contest in Indonesia 2016, di Jakarta, Rabu (9/11/2016).
Menurut Yudia Bakti, pemahaman tentang cara dan teknik pengelasan yang baik para teknisi pengelasan di Indonesia masih kurang memadai.
Hal ini bisa dilihat dari kemampuan para peserta lomba pengelasan Iwatani pertama tahun 2016 yang rata-rata masih belum memuaskan.
Yudia yang juga menjadi ketua tim juri lomba ini menyebutkan, 90 persen peserta lomba tersebut memiliki persoalan yang sama yakni pengetahuan tentang pengelasan yang belum memadai. Hal ini membuat hasil akhir pengelasan yang dilakukan kurang bagus atau kurang sempurna.
Kendati demikian, ia sangat mengapresiasi lomba yang digagas oleh Iwatani Corporation dan PT Iwatani Industrial Gas Indonesia (IIGI) tersebut, karena lewat lomba ini para teknisi pengelasan di Indonesia bisa meningkatkan kemampuan mereka.
Presiden Direktur PT Iwatani Industrial Gas Indonesia (IIGI) Hidekazu Sobue mengatakan, lewat ajang lomba ini perusahaannya ingin mendorong para teknisi perusahaan khususnya para teknisi pengelasan di Indonesia untuk meningkatkan kemampuan pengelasan mereka sehingga dapat membantu perusahaan tempat mereka bekerja dalam meningkatkan produktivitasnya.
Ia mengharapkan ke depan kemampuan para teknisi pengelasan di Indonesia kian meningkat sehingga mampu memberikan kontribusi yang positif bagi perusahaan dan industri pada umumnya.
“Peran teknisi pengelasan dibutuhkan oleh banyak industri karena itu, kami ingin mendorong agar teknisi pengelasan mendapat pelatihan yang lebih baik. Salah satunya kami mendorong melalui kegiatan lomba pengelasan agar kita memberi perhatian terhadap peningkatan kemampuan teknisi pengelasan ini,” ujarnya.
Dalam lomba pengelasan Iwatani yang pertama ini keluar sebagai juara pertama kategori industri yakni Samsul Arif. Juara kedua diraih oleh Wiwin Indra Purnama, dan juara ketiga direbut oleh Aat Puji Lestari.
Untuk juara pertama mendapatkan hadiah uang tunai Rp 15 juta dan piala, juara kedua meraih hadiah uang tunai Rp 10 juta dan piala, serta juara ketiga mendapat uang tunai Rp 7 juta dan piala. Selain itu, mereka juga mendapatkan hadiah tambahan berkunjung ke kantor pusat Iwatani di Jepang.
Sedangkan, untuk kategori eksibisi yang diikuti para pelajar SMK, juara pertama diraih oleh Rickky Setyawan dari SMKN 4 Jakarta, juara kedua diraih oleh Alwi Dardi dari SMKN Cilegon, dan juara ketiga diraih oleh Achmad Damiri dari SMKN 1 Karawang.
Sertifikasi
Sebelumnya, Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Yusid Toyib meminta seluruh BUMN untuk hanya menerima pekerja konstruksi bersertifikat.
“Saya mengimbau direksi atau direktur utama BUMN saat menerima pekerja harus dicek dulu sertifikatnya,” ujar Yusid kemarin saat Lomba dan Sarasehan Pekerja Konstruksi dan Peralatan Material, Jakarta.
Yusid mengatakan, kalau ada pekerja yang tidak memiliki sertifikat, maka BUMN wajib membiayai proses sertifikasi pekerja tersebut. Menurut dia, hal tersebut sudah disanggupi oleh BUMN dan akan diterapkan mulai 2017. “Kita kasih contoh ke swasta bahwa BUMN pekerjanya sudah 100% bersertifikasi.”