TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setiap kali adanya aksi di jalanan DKI Jakarta, selalu menyisakan sampah berhamburan di jalan. Pemandangan tersebut sudah jadi hal wajar bagi masyarakat ibukota.
Seusai mengonsumsi makanan dan minuman, banyak warga yang ikut aksi sering lupa atau sengaja meninggalkan botol minum atau tempat makan yang terbuat dari plastik di jalanan.
Sepasang suami istri Sakidi dan Sakem tidak membuang kesempatan emas melihat adanya sampah berserakan di jalanan jalur para ormas Islam yang turun dalam aksi 2 Desember 2016 (212). Mereka dengan sigap segera mengambil botol plastik air minum dan kardus berwarna cokelat.
Sakidi dengan gesit mengambil setiap sampah yang tertinggal di jalan. Walaupun repot karena tangannya penuh, namun hal itu tidak menyurutkan semangat Sakidi dan Sakem.
"Ada yang ketinggalan tuh, dicomot langsung," ujar Sakidi kepada sang istri di flyover Rasuna Sahid menuju Menteng, Jumat (2/12/2016).
Dari pantauan Tribunnews.com, Sakidi yang berjalan di depan berlari kecil sembari melihat kanan dan kiri jalan jika ada sampah yang tertinggal. Keringat bercucuran dari wajah Sakidi memperlihatkan semangat mengambil sampah yang ditinggal para pelaku aksi 212.
Sakidi pun tampak bahagia dan tersenyum lebar jika ada sampah kardus yang banyak ditinggal para aksi. Jika tangannya penuh Sakidi dan istri berlari ke arah gerobak di dekat jembatan flyover, lalu dengan cepat ia lipat kardus yang sudah dikumpulkan.
"Banyak kardusnya lumayan," kata Sakidi kepada Tribunnews.com.
Pada hari biasa, Sakidi harus menempuh sekitar 5 sampai 10 km untuk mendapatkan tumpukan kardus dan botol plastik. Namun saat aksi 212, Sakidi hanya menunggu di tempat menaruh logistik para pelaku aksi.
"Kita tunggu saja daerah sekitar ini," jelas Sakidi.
Sakidi pun tidak menargetkan banyak kardus. Selama gerobaknya masih sanggup menampung, Sakidi di tengah teriknya matahari terus menengok sampah yang tertinggal.
Jika berhasil dikumpulkan penuh satu gerobak, Sakidi berharap bisa dijual Rp 50 sampai Rp 100 ribu. "Biasanya hanya Rp 20 ribu paling banyak Rp 50 ribu satu hari," kata Sakidi.