Ahok kemudian terdiam. Suaranya agak berat. Ahok terlihat mengusap air matanya dengan tisu.
"S2 saya di Prasetia Mulya dibayarkan oleh kakak angkat saya, Haji Ananta Amir. Saya seperti orang yang tidak tahu terima kasih, tidak menghargai keluarga angkat saya," kata Ahok dengan suara yang serak.
Hingga akhir pembacaan eksepsi, Ahok terlihat beberapa kali mengusap air matanya dan bicara dengan suara bergetar.
Alasan Ahok kutip Surat Al Maidah
Tersangka kasus dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ungkap alasannya menyitir Surat Al Maidah ayat 51 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, 27 September lalu.
Ahok membacakan nota keberatan atas dakwaan dugaan penistaan agama.
Ahok mengaku ucapannya, yang menyitir Surat Al Maidah ayat 51 tidak ditujukan untuk menista dan menghina agama Islam
"Jelas, yang saya utarakan di Kepulauan Seribu, bukan dimaksudkan untuk menafsirkan surat Al Maidah," ujar Ahok di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara, Jalan Gadjah Mada, Jakarta Pusat, Selasa, 13 Desember 2016.
Ahok sedang menyampaikan eksepsi atau nota keberatan atas dakwaan yang baru dibacakan majelis hakim.
Ahok, yang merupakan salah satu calon Gubernur DKI di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017 mengatakan, perkataan ditujukan untuk para politisi yang menurutnya sering memanfaatkan ayat untuk tujuan politik.
Ahok berkaca saat mencalonkan diri saat Pilkada Bangka Belitung 2007.
Saat itu, beredar selebaran yang mengutip ayat itu supaya warga Babel tidak memilihnya sebagai Gubernur Babel.
Ahok adalah calon kepala daerah yang beragama Kristen Protestan. Sementara warga Babel mayoritas Muslim.
Ahok berpandangan, saat itu ada lawan politik yang tidak bisa bersaing secara sehat.
Mereka, kemudian menggunakan isu terkait Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA), salah satunya menyebarkan Surat Al Maidah ayat 51 upaya warga tidak memilihnya.
"Ucapan itu untuk para politisi yang memanfaatkan surat Al Maidah secara tidak benar," ujar Ahok. (*)