News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kaleidoskop 2016

Tiga Pasangan Berlomba Merebut Hati Warga Jakarta

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Agus Yudhoyono terbang ke kerumunan orang saat berkampanye di kawasan Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Sabtu (24/12/2016).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 24 Oktober 2016 lalu, KPU DKI Jakarta, resmi menetapkan tiga pasangan calon kepala daerah untuk bertarung di Pilkada Serentak 2017 mendatang.

Mereka adalah Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, serta Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno.

Keenam nama yang ada saat ini merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh partai politik, setelah diketahui bahwa tidak ada satupun pasangan calon yang memenuhi syarat untuk bertarung sebagai pasangan calon dari jalur independen.

Sepanjang 2016, beberapa nama bermunculan untuk memperebutkan kursi pemimpin di Ibukota negara, sebut saja Ketua Kwarnas Pramuka Nasional Adhyaksa Dault, dan juga Ketua Umum Partai Bintang Bulan Yusril Ihza Mahendra yang sempat menghadiri berbagai deklarasi dukungan dari relawan yang tersebar di hampir seluruh wilayah DKI Jakarta.

Bukan hanya mereka, nama Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Abraham Lunggana atau akrab disapa Haji Lulung juga sempat digadang-gadang untuk maju menjadi calon Gubernur DKI Jakarta.

Dari kalangan artis, nama musisi kawakan, Ahmad Dhani juga sempat mencuat ke permukaan dan tidak lupa ada nama yang sempat menjadi perhatian publik yaitu Hasnaeni “Wanita Emas” Moein yang merupakan kader partai Demokrat.

Keseriusan untuk mencari calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta juga diperlihatkan oleh Partai Politik.

PDI Perjuangan misalnya, pada pertengahan Mei, mereka melakukan rangkaian tes psikologi untuk menjaring calon kepala daerah.

Setidaknya terdaftar 30 nama yang mengikuti tes yang diselenggarakan di Kantor DPP PDI Perjuangan itu.

Selain itu, Partai Demokrat, PKS dan beberapa partai lainnya juga melakukan hal yang sama untuk semua pendaftar yang akan maju di kontestasi lima tahunan itu.

Namun, beberapa nama akhirnya mulai mengerucut ketika Partai NasDem dan Hanura mulai memberikan satu nama untuk menjadi “Petarung pilihan” yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang juga merupakan Gubernur DKI Jakarta, disusul dengan deklarasi yang dilakukan oleh Partai Golkar dengan mengusung calon yang sama.

Kata “tidak sepakat” dengan pilihan ketiga partai yang ada, diperlihatkan dari partai-partai yang mempunyai kursi di DPRD DKI Jakarta lainnya.

Partai itu kemudian membentuk sebuah koalisi gemuk yang dinamakan “Koalisi Kekeluargaan” yang menyatakan akan memberikan nama lain selain Basuki Tjahaja Purnama.

Namun, koalisi itu tidak berlangsung lama, ketika PDIP mengumumkan kembali mengusung pasangan petahana, Ahok-Djarot untuk meneruskan kepemimpinan di Jakarta setelah sebelumnya melakukan rapat internal di kediaman Megawati Soekarno Putri sebagai Ketua Umunm Partai PDI Perjuangan pada 20 September 2016.

“Koalisi Kekeluargaan” akhirnya pecah dan empat partai di antaranya yaitu Demokrat, PKB, PPP, dan PAN segera melangsungkan rapat konsolidasi di kediaman Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat pada 22 September 2016.

Mayor Infanteri Agus Harimurti Yudhoyono yang saat itu tengah bertugas di Australia, “dipanggil pulang” untuk menanggalkan statusnya sebagai anggota TNI dan bertarung memperebutkan kursi Jakarta 1 ditemani oleh pejabat Eselon I Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Sylviana Murni yang saat itu menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

Empat partai yang dikenal sebagai “Poros Cikeas” itu, bukan satu-satunya koalisi yang melawan empat partai yang mendukung pasangan Ahok-Djarot.

Di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta tempat tinggal Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, konsolidasi dua partai yaitu, PKS dan Gerindra akhirnya menyebut nama pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno satu hari sebelum pendaftaran pasangan calon di KPU DKI Jakarta ditutup.

Pilkada Rasa Pilpres
Kata-Kata “Pilkada rasa Pilpres” sempat menjadi topik pembicaraan yang hangat sepanjang 2016.

Kemunculan tokoh nasional dan juga “turunnya” sejumlah ketua umum partai menjadikan pilkada DKI Jakarta merupakan isu yang dikonsumsi secara nasional.

Turunnya tokoh nasional dan ketua umum partai politik untuk menentukan kepala daerah di DKI Jakarta, dinilai layaknya memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden RI.

Pemberitaan mengenai ‘panasnya’ kursi DKI 1 juga menghiasi hampir seluruh media nasional dan lokal di berbagai daerah.

Pimpinan DPR, Taufik Kurniawan menyayangkan bahwa sorotan masyarakat hanya terpaku di DKI Jakarta saja, padahal masih banyak daerah lain yang menjalankan Pilkada Serentak.

"Pilkada bukan hanya di Jakarta saja, tapi 101 daerah lainnya juga ikut pilkada serentak," jelasnya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (17/11/2016).

Pertarungan Tiga Nama Besar
Jika menilik dari tempat pendeklarasian tiga nama pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang saat ini ada, banyak pihak menilai bahwa ada tiga nama tokoh penting yang ada dibalik pasangan-pasangan itu.

Ada nama SBY dari pasangan Agus-Sylvi, nama Megawati Soekarno Putri dari pasangan Ahok-Djarot dan Prabowo Subianto dibalik Anies-Sandi.

Pengamat Komunikasi Politik, Gun-Gun Haryanto menyebut bahwa “Politik Ketokohan” masih sangat berpengaruh dewasa ini, apalagi jika ketiga nama dimaksud mempunyai rivalitas yang tinggi disaat pemilihan presiden berlangsung.

"Ketiganya punya andil besar dari pencalonan ini," jelasnya saat dihubungi.

Namun begitu menurutnya, hanya mereka yang bisa mencapai akar rumput lah yang dapat memenangkan pertarungan di Jakarta. (rio)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini