Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mata Arie memerah ketika menceritakan kenangan terakhir tentang ayahnya, Wagirun.
Ayahnya menjadi korban tewas dalam kecelakaan maut bus di Jalan Raya Puncak, Kampung Ciloto, Cianjur, Minggu (30/4/2017) pagi.
Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang ojek online itu menceritakan ayahnya sempat dilarang ikut rombongan tersebut.
"Bapak sudah dilarang padahal sama ibu dan kakak. Tapi bapak begitu, dia tetap jalan," ujar Arie kepada Tribunnews.com di rumah duka, Jalan Pelita 1 RT 14 RW 08, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan.
Baca: Tetangga Sempat Tak Percaya Wagirun Jadi Korban Kecelakaan Bus Maut di Ciloto
Baca: Beruntung Tiga Anak Kecil Tidak Menumpang Bus yang Terlibat Kecelakaan Maut di Puncak
Wagirun yang sehari-hari menjadi wakil Ketua RT 14, dilarang karena akan pergi ke kampung halamannya, Kutoarjo, Jawa Tengah, pada 5 Mei 2017.
Namun, dirinya bersikeras karena harus mewakili RT 14 dalam rombongan anggota KPPS yang mengadakan perjalanan wisata ke Puncak, Bogor.
"Bapak katanya tetap mau jalan. Katanya tidak enak RT sini tidak ada yang wakilin," tambah Arie.
Dikabarkan sebelumnya belasan orang meninggal akibat kecelakaan maut di Jalan Raya Puncak, Kampung Ciloto, Cianjur.