TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Maksud hati bermain drama di depan polisi, tapi rencana penipuannya berantakan.
Selasa (4/7/2017) malam Agus Puwanto (41) mendadak mendatangi Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) Jatiuwung. Ia mengadu kepada polisi dan mengaku menjadi korban perampokan.
Kepada polisi dia mengaku telah menjadi korban aksi kawanan rampok di sekitar Jatiuwung dengan akibat uang miliknya senilai Rp 100 juta amblas.
Tetapi polisi membuktikan kisah perampokan tersebut adalah fiktif karena pria asal Magelang Jawa Tengah itu akhirnya ketahuan berbohong.
Masih menurut polisi, warga yang tinggal di Kawasan Industri, Gandasari, Jatiuwung, Tangerang ini nekat melakukan aksinya karena terlilit utang.
"Dia membuat laporan seolah-olah dirinya menjadi korban perampokan," ujar Kasubag Humas Polrestro Tangerang, Kompol Triyani pada Rabu (4/7/2017).
Triyani bercerita Agus megaku dirampok di Jalan Palem Manis II Kawasan Industri Gandasari, Kelurahan Gandasari, Jatiuwung, Tangerang.
"Dia datang sambil menangis, lalu menceritakan kejadian perampokan yang ternyata tidak benar," ucapnya.
Di depan polisi, Agus sempat menelepon istrinya sambil menangis mengaku telah terjadi perampokan.
Lalu lelaki itu pulang ke rumahnya dalam keadaan luka dan baju kaos yang sobek seolah akibat perampokan.
Setelag menerima laporan itu, polisi pun langsung mendatangi lokasi kejadian.
"Kami segera bergerak. Tapi setelah dilakukan rekonstruksi kami menemukan kejanggalan," kata Triyani.
Beberapa kali hasil BAP diulang, Agus terlihat memberikan jawaban secara tidak konsisten.
Karena itu, polisi kemudian membuat trik penyelidikan hingga akhirnya Agus mengakui bahwa laporannya palsu.
"Kebohongannya terbongkar. Dia akhirnya mengaku bahwa dirinya tidak dirampok, hanya takut sudah ditagih saudaranya untuk membayar hutang Rp 92 juta," ungkapnya.
Luka yang diderita Agus, baik pada lengan, kaki yang sobek dan celana panjang yang kotor, adalah hasil perbuatannya sendiri.
"Dia melukai dirinya sendiri dengan pisau cutter. Dia melakukan itu agar utangnya kepada saudaranya tidak ditagih dan berharap lunas," papar Triyani. (Andika Panduwinata)