Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, pemilihan nama jalan layang simpang di Semanggi akan ditentukan lewat rapat pimpinan pejabat Pemprov DKI Jakarta hari ini, Senin (17/7/2017).
Pemberian nama proyek yang rencananya akan diresmikan 17 Agustus 2017 oleh Presiden Jokowi itu masih akan dibahas lagi.
"Akan kami angkat dalam rapim, tapi kalo saya pribadi ingin sesuai dengan ide awal Pak Ahok, artinya tetep simpang susun semanggi. Keputusan (nama) ini kan keputusan Pemprov (DKI), makanya diajukan dalam rapat pimpinan," kata Djarot kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta hari ini.
Menurutnya, ada dua opsi nama yakni Simpang Susun Semanggi dan Simpang Badja Semanggi.
"Usulan lain yang masuk ke kami adalah simpang badja semanggi. Ada dua itu kan, simpang susun semanggi dan simpang badja semanggi. Tapi saya sampaikan bahwa kata semanggi nya itu harus mutlak ada," kata Djarot.
Mantan Wali Kota Blitar ini menjelaskan filosofi pembangunan jembatan Semanggi yang digarap semasa kepemimpinan Soekarno untuk Asean Games tahun 1962 sila.
"Ada empat kuping yang menandakan empat penjuru itu harus bersatu. Empat penjuru itu barat, timur, selatan utara, itu menunjukkan persatuan indonesia. Kemudian anda lihat di simpang semanggi, konstruksi pilarnya. Pilarnya itu menandakan huruf V, victory. Maknanya, kalau kita ingin jadi bangsa pemenang, kita harus bersatu. Itu makna menurut saya, maafkan kalo salah. Waktu itu supaya indonesia siap menghadapi ASEAN Games, oleh karena itu nama semanggi harus ada," kata Djarot.
Simpang Susun Semanggi dibangun dengan biaya kompensasi kenaikan koefisien luas bangunan (KLB) perusahaan swasta dan akan di resmikan pada 17 Agustus 2017 oleh Presiden Joko Widodo.
Proyek yang dibangun sejak 2016 untuk mengurai simpul kemacetan di Jakarta. Jalan ini diprediksi mengurai 30 persen kemacetan.
Ada dua simpang susun dari arah Grogol ke Blok M sepanjang 796 meter, dan arah Polda ke Monas sepanjang 826 meter.