TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Siti Zubaedah (25) sempat merasa aneh dengan perubahan sikap sang suami, Muhammad Al Zahra alias Joya (30).
Tiga hari sebelum suaminya dibakar hidup-hidup di Desa Muara Bakti, Kabupaten Bekasi pada Selasa (1/8/2017) lalu, Joya bersikap kekanak-kanakan.
Dia pun tidak menyangka, perubahan sikap itu adalah firasat bahwa Joya akan pergi selamanya.
"Sudah tiga hari terakhir dia bersikap manja ke saya. Suka meluk dan cium pipi saya, seperti anak-anak saja," kata Zubaedah saat ditemui di rumahnya di Kampung Jati RT 04/05, Desa Cikarang Kota, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jumat (4/8/2017).
Zubaedah mengaku, awalnya tidak menanggapi perubahan sikap sang suami.
Baca: Kalaupun Suami Saya Mencuri, Enggak Harus Dibakar, Dia Bukan Hewan
Dia justru, senang Joya yang telah menikahinya sejak lima tahun silam ini menujukkan kasih sayang kepadanya.
Namun tidak disangka, sikap manja Joya hanya bertahan selama tiga hari.
Pada Selasa (1/8/2017) petang, dia dikeroyok bahkan dibakar massa karena dituding mencuri tiga alat pengeras suara atau amplifire musala.
Hal ini, kata Zubaedah, sangat menyakitkan.
Baca: VIDEO EKSKLUSIF: Kesaksian dan Petunjuk Pengurus Musala soal Insiden Pria Dibakar Hidup-hidup
Selain kehilangan sang suami tercinta, keluarga juga harus menanggung beban stigma masyarakat bahwa Joya adalah seorang pencuri.
"Suami saya bukan maling, tapi dia bekerja sebagai tukang servis amplifire," jelas Zubaedah sambil berlinang air mata.
Kepala Satuan Reskrim Polrestro Bekasi AKBP Rizal Marito menyatakan, polisi masih menyelidiki kasus dugaan pencurian termasuk pembakaran tubuh Joya hingga meninggal dunia.