Belum lagi dampak kemacetan terhadap kerusakan lingkungan akibat polusi udara.
Di beberapa titik di jalanan Jakarta tingkat polusi udara telah melebihi batas yang diperbolehkan.
Semakin banyak jumlah kendaraan bermotor, semakin banyak pula gas buangan dan semakin tinggi pula tingkat polusi udara.
Peneliti dari Desert Research Institute, Sarath Guttikunda, mengatakan polusi udara di Jakarta dan sekitarnya membuat 260 ribu orang terserang penyakit pernapasan dan 85 ribu orang dirawat di rumah sakit per tahun. Jumlah itu merupakan hasil rata-rata penelitian yang dimulai pada 2012 hingga 2015.
Studi Japan International Cooperation Agency (JICA) pada tahun 2000 menyebutkan, bahwa Jakarta terancam menjadi kota gagal akibat kemacetan sangat parah pada 2014. Meski tak sepenuhnya terbukti, namun JICA tak mengada-ada.
Buktinya, pengamatan oleh produsen GPS, TomTom, pada jam jam padat menemukan bahwa Jakarta tahun ini telah menjadi kota dengan kemacetan terparah keempat di dunia setelah Bangkok, Mexico City, dan Bucharest.
Kemacetan yang demikian hebat ini tentu saja membuat mobilitas masyarakat Jakarta sangat lamban, sehingga produktifitas mereka rendah.
Akibat tingkat stres yang meningkat, warga Jakarta mudah tersulut emosinya.
Seperti dilansir jakartapedia.bpadjakarta.net, sedikitnya empat belas persen (14%) warga Jakarta mengalami stres. Prosentase ini terbilang tinggi. Rata-rata warga yang mengalami stress di Indonesia hanya sekitar 11,6 persen.
Penyebab stres warga Jakarta ini bermacam-macam. Seperti kemacetan lalu lintas yang tak kunjung bisa diatasi dan tuntutan pekerjaan yang tinggi.
Menurut dokter ahli jiwa Suryo Dharmono, gejala-gejala stresmudah dilihat. Seperti contohnya perasaan sedih, murung, tak bersemangat, sulit berkonsentrasi, dan tidak efektif dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Kini jutaan warga Jakarta harus menghabiskan waktu berjam jam untuk pulang-pergi dari dan menuju ke tempat kerja. Sampai kapan?
Lalu akankah Jakarta berubah menjadi kota yang paling nyaman untuk ditempati? Jika tidak, beranikah kita segera menentukan pilihan untuk menetap di daerah yang nyaman, bebas dari kemacetan, polusi udara dan stres? (tim/berbagai sumber)