News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bayi Debora Meninggal

Bayi Debora Meninggal, Kepala Dinkes Sebut RS Mitra Keluarga Kalideres Akui 'Kesalahan' ini

Editor: Rendy Sadikin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bayi Debora

Dokter rumah sakit tersebut menghubungi dokter Mitra Keluarga Kalideres untuk menanyakan kondisi Deborah.

Saat komunikasi antar-dokter belangsung, perawat yang menjaga dan memonitor pasien memberitahukan kepada dokter bahwa kondisi Debora tiba-tiba memburuk.

Henny dan Rudianto, orangtua Debora (4 bulan) yang meninggal karena kesulitan membayar administrasi pelayanan di rumah sakit. (WARTA KOTA/ANDIKA PANDUWINATA)

Dokter segera melakukan pertolongan pada Debora.

Setelah melakukan resusitasi jantung dan paru selama 20 menit, nyawa Debora tak bisa diselamatkan.

Namun, ada kejanggalan dalam pernyataan rumah sakit tersebut yang dibantah oleh Henny, ibunda Debora.

Berikut poin-poinnya:

1. Kekurangan gizi

Pihak rumah sakit Mitra Keluarga Kalideres mengatakan bayi Debora memiliki riwayat jantung bawaan dan gizinya kurang baik.

"Pasien dengan riwayat lahir premature memiliki riwayat penyakit jantung bawaan (PDA) dan keadaan gizi kurang baik," tulis pihak RS dalam keterangan persnya.

Pernyataan itu dibantah oleh Henny.

Menurut dia, Debora tidak memiliki riwayat kekurangan gizi.

Beratnya yang hanya 3,2 kilogram pada usia empat bulan itu, kata dia, karena Debora lahir prematur.

2. Perawatan ICU

Pihak rumah sakit menyebut Henny menolak perawatan di ICU lantaran terkendala biaya.

Dokter pun menawarkan kepada Henny agar Debora dirujuk ke RS yang bekerja sama dengan BPJS.

Pernyataan tersebut disangkal Henny.

Berdasarkan pengakuan Henny, ia sudah memohon kepada pihak administrasi dan dokter jaga agar Debora dimasukan dulu ke ICU RS Mitra Keluarga Kalideres.

Saat itu, ia hanya punya uang Rp 5 juta yang tak cukup untuk membayar uang muka ICU.

"Saya kasih uang yang saya punya Rp 5 juta agar dimasukan NICU dulu, toh nanti kan dipindah," kata Henny.

Ia menyayangkan pihak rumah sakit bersikeras agar uang muka dilunasi.

Sebab, Henny sudah berjanji akan melunasi uang muka Rp 11 juta siang harinya setelah mendapat pinjaman uang dari kerabat.

Curhat orangtua Debora

Henny dan Rudianto tengah dirundung duka mendalam.

Mereka baru saja kehilangan bayinya yang bernama Debora, karena kesulitan membayar adminitrasi pelayanan di rumah sakit.

Warta Kota mencoba menyambangi kediamannya di Jalan Husen Sastranegara, Gang H Jaung RT 02/01 Kampung Baru, Kecamatan Benda, Tangerang, Banten.

Pasangan suami istri ini tinggal di rumah berukuran kecil yang hanya mempunyai tiga ruangan sempit.

Mereka mengontrak di rumah tersebut.

Sepeda motor butut Rudianto terpakri di depan tempat tinggalnya itu.

Henny yang mengenakan daster berwarna cokelat muda, masih tampak murung di ruang tamu.

Ia memegangi pakaian Debora dan menceritakan kepiluannya yang mendalam.

"Anak saya ini memang lahir prematur, ada masalah sama jantungnya. Sudah berobat dan perlahan-lahan keadaanya membaik," ujar Henny saat ditemui Warta Kota di kediamannya, Sabtu (9/9/2017).

Debora yang berusia empat bulan, tiba-tiba mengalami sakit pada Minggu (3/9/2017) dini hari.

Orangtuanya pun panik dan membawanya ke RS Mitra Keluarga, Kalideres, Jakarta Barat.

Baca: Badai Irma akan menghantam Florida, warga diperintahkan mengungsi

"Kami sudah kepanikan, dan langsung bawa ke rumah sakit. Debora batuk pilek dan sesak napas," ungkapnya.

Pihak rumah sakit langsung melakukan pelayanan.

Bayi berusia empat bulan itu segera mendapatkan penanganan di IGD.

Namun, kondisi Debora semakin melemah.

Dokter di rumah sakit tersebut menyarankan agar bayi ini harus dibawa ke ruang PICU.

"Anaknya ini katanya keadaannya makin parah. Banyak dahak dan dilakukan penyedotan. Ruangannya juga di situ dingin, kondisi tubuhnya tidak kuat, makanya harus dibawa ke Ruang PICU," jelas Henny.

Namun sayangnya pasangan suami istri ini mengalami kendala. Mereka kesulitan membayar administrasi.

"Saya enggak punya cukup uang untuk membayarnya. Sudah kekurangan uang, tapi diminta lagi harus bayar lab," paparnya sedih.

kisah bayi debora (wartakotalive.com)

Kedua pasangan ini hanya mampu mengeluarkan uang Rp 6 juta sebagai DP. Rumah sakit setempat meminta uang DP sebesar Rp 19 juta.

"Saya kemudian isi pulsa Rp 200 ribu untuk telepon saudara dan teman-teman. Meminjam ke sana ke sini, tapi uangnya tetap enggak cukup," imbuh Henny, haru.

Waktu pun terus berjalan, dan pihak dokter mengabarkan bahwa bayi Debora sudah meninggal dunia.

"Saya teriak, anak saya kedinginan dan tubuhnya putih pucat. Di situ saya menjerit, benar-benar jahat dan kejam ini. Nyawa anak saya hanya selembar kertas administrasi itu."

"Pihak rumah sakit hanya mengucapkan turut berduka cita tanpa memberikan keterangan penyebab kematiannya," papar Henny.

KOMPAS.com/Jessi Carina/Rendy Sadikin

Artikel ini sudah dipublikasikan di KOMPAS.com dengan judul: RS Mitra Keluarga Kalideres Mengaku Tidak Tahu Debora Pasien BPJS

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini