Baca: Gerindra Jabar Sebut Prabowo Restui Pembatalan Dukungan Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu
Menurut Sentot, sejak merantau ke Jakarta hingga bekerja di industri garmen, kondisi perekonomian Sutarto mulai berubah lebih baik.
Bahkan tiga tahun lalu, Sutarto sempat membuka usaha konveksi kecil-kecilan.
"Rumahnya diplester keramik dan ditembok. Kang Tarto juga mulai membuka usaha konveksi dengan 15 unit mesin jahit beserta belasan pekerja di rumahnya. Sayang, usahanya bangkrut. Sutarto pun kemudian mulai kesulitan ekonomi karena dipecat juga," terang Sentot.
Sentot menambahkan, Sutarto mulai kelimpungan sejak dipecat dari industri garmen setahun lalu.
Dia akhirnya pontang-panting ke sana ke mari mencari pinjaman uang guna memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Sebagai anggota kelompok tani, tiga pekan yang lalu Sutarto sempat utarakan keinginan pinjam uang Rp 40 juta dalam program pemerintah. Sebelumnya pernah pinjam Rp 20 juta dan lunas. Kasihan Kang Tarto ekonominya carut marut sejak dipecat, apalagi salah satu anaknya butuh uang untuk operasi. Terakhir pulang lebaran kemarin," ungkap Sentot.
Menurut Sentot, keluarga Sutarto hengkang dari rumah setelah santer berita penangkapan itu.
Katirah, istri Sutarto bahkan berpamitan hendak berupaya menjenguk suaminya itu.
"Bu Katirah pergi mau menengok Kang Tarto. Mereka semua menangis tak percaya. Istrinya bahkan kaget jika ternyata Kang Tarto telah dipecat bekerja. Kang Tarto itu tidak cerita sama keluarganya kalau sudah dipecat," pungkas Sentot. (PUTHUT DWI PUTRANTO NUGROHO)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Satu Pembunuh Bos Garmen adalah Anggota Kelompok Tani dan Dikenal Baik