Sementara itu, perwakilan warga, Budiharjo, selaku Ketua RW 01 Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat, merasa keberatan terhadap penataan kawasan itu.
Keberatan karena warga kesulitan akses untuk keluar masuk ke pemukiman.
"Jalan dipakai pedagang karena aset-aset jalan Jati Baru X tertutup. Jadi akses warga masih ada 6 RW mempunyai kendaaraan. Dan pengusaha yang punya kendaraan. Tidak bisa keluar. Kalau kebakaran, orang sakit bagaimana bergerak?" kata dia.
Untuk menyampaikan aspirasi, dia mengaku akan bertemu dengan Anies.
Upaya penyampaian pendapat itu dinilai lebih elegan daripada menggelar aksi unjuk rasa.
"Saya keberatan, tetapi elegan. Kami akan membicarakan dengan gubernur. Tadi saya sudah bicarakan akan diterima ke kantor. Saya tidak mau demo," ujarnya.
Dalam penataan kawasan Tanah Abang itu Pemprov Jakarta menutup Jalan Jatibaru Raya di depan Stasiun Tanah Abang setiap hari pukul 08.00-18.00 WIB.
Pada lajur sebelah timur, Anies memfasilitasi PKL dengan 400 tenda untuk berdagang.
Sementara di lajur barat Pemprov Jakarta menutup akses untuk kendaraan bermotor kecuali shuttle bus khusus yang disiapkan Transjakarta untuk mengantarkan warga yang turun dari Stasiun Tanah Abang dan menuju kawasan Tanah Abang serta kawasan lain.
Shuttle bus itu akan berhenti di beberapa lokasi seperti Halte Stasiun Tanah Abang, Halte Blok G, Halte Blok C, Halte Auri 1, Halte Auri 2, dan Halte Fly Over.
Untuk ojek Pemprov mempersilakan mereka untuk mengambil penumpang di Jalan Jatibaru Bengkel dan bagi angkot bisa memutar di bawah Fly Over Jatibaru serta simpang Jalan Jatibaru Raya dan Jalan KS Tubun Raya.
Penutupan Jalan Jatibaru Raya sepanjang sekitar 400 meter diklaim Anies juga untuk memfasilitasi pejalan kaki di trotoar yang sebelumnya kerap digunakan sebagai sarana berjualan para PKL.