TRIBUNNEWS.COM, BOGOR – Cat hitam menggores tembok putih di sudut Saung Badra (posko pemenangan Bima Arya-Dedie Rachim).
Tak sekedar berkreasi, para seniman yang didominasi oleh kawula muda itu mencoba memberikan pesan melalui gambar yang dituangkan melalui media lukis tembok tersebut.
Bima Arya Sugiarto yang menginisiasi aksi tersebut menyatakan, bahwa para seniman mural tersebut diberikan ruang bebas berekspresi di Saung Badra.
“Saya melihat karya dan produk mereka ini luar biasa, sangat bebakat. Ini simbol dari kita, saya dengan Kang Dedie bahwa ke depan Insya Allah akan memberikan ruang yang lebih untuk anak-anak muda kreatif di Kota Bogor untuk bisa berekspresi,” ungkap Bima Arya dalam keterangan persnya, Jumat (2/3/2018).
Baca: Kengerian Warga di Rumah Tempat Jasad Fitri Dicor: Bau Amis Masih Tercium
Baca: Penampakan Bak Kuburan Fitri Pemandu Lagu yang Tewas Dicor dan Kejadian Sebelum Pembunuhan
Bagi Bima, diajaknya para seniman mural tersebut ke Saung Badra bukan sekedar memberikan ruang ekspresi, melainkan juga sebagai ajang diskusi untuk menyerap aspirasi para seniman.
“Saya tadi sudah ngobrol-ngobrol. Selain ahli menggambar, mereka ternyata bisa membuat alat cetak untuk kaos, untuk buat pelatihan anak-anak muda yang butuh pekerjaan. Jadi bisa menjadi sumber pendapatan ekonomi juga nantinya,” jelasnya.
Sejauh ini, diera kepemimpinan Bima Arya periode sebelumnya, dirinya telah membangun sebuah taman untuk berekspresi para seniman graffiti, yakni Taman Corat-Coret. “
Ya mungkin ada juga yang belum (terakomodir). Kemarin sempat ada satu fase di mana kita akhirnya sempat berdebat, berdiskusi dengan kelompok yang melakukan ada aksi corat-coret di suatu titik. Ada pelajaran, bahwa Pemkot harus memberikan ruang lebih.
Karena ini orang-orang kreatif yang harus diberikan ruang. Bisa menginspirasi untuk menjadi lapangan pekerjaaan, sumber penghasilan,” beber pria kelahiran Bogor, 17 Desember 1972 itu.