TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Soal banjir, warga kawasan Pengadegan, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan merasa sudah tidak asing lagi. Bahkan, mereka bisa memprediksi kapan datangnya banjir yang disebabkan dari luapan Sungai Ciliwung.
"Sekarang sudah bulan Desember. Biasanya banjir datang sekitar Januari atau Februari. Tiap tahun selalu seperti itu," kata Ny Broto (47) kepada Warta Kota, Kamis (6/15/2018).
Baca: Hujan Deras Landa Jakarta, Kebagusan Dilanda Banjir
Rumah yang ditempati Ny Broto berada persis di tepi Sungai Ciliwung. Jadi, setiap ada imbauan ketinggian Bendungan Katulampa di Bogor naik, keluarganya was-was.
Saat itu juga ia bersama suami dan dua anaknya mulai berbenah, mengantisipasi jika air Sungai Ciliwung benar-benar meluap.
"Bukan cuma kami. Masyarakat di sini selalu siaga jika ada kabar ketinggian di pintu air Bogor naik. Apalagi jika sudah masuk status siaga," katanya.
Ny Broto ingat betul peristiwa yang terjadi beberapa tahun lalu.
Pada tahun 2007, luapan Sungai Ciliwung menenggelamkan rumahnya termasuk rumah warga lain.
Selama beberapa pekan ia tinggal di pengungsian. Banjir besar juga terjadi pada 2014, luapan air hampir menenggelamkan rumah.
"Terakhir awal 2018 banjir cuma sepintu saja. Tapi kami tetap mengungsi," ujarnya.
Pada Kamis petang, Lurah Pengadegan, Mursyid mengajak menyusuri perkampungan padat di bantaran Sungai Ciliwung yang bakal terkena normalisasi.
Sejumlah warga di RT08 RW 01 masih bercengkerama di depan rumah mereka yang tidak jauh dari bibir Sungai Ciliwung. Bahkan, ada bangunan kontrakan yang jaraknya hanya beberapa meter saja.
"Apa sudah mau digusur, pak?" tanya seorang perempuan berceletuk seperti itu kepada lurah.
Lurah Mursyid hanya bilang kedatangannya untuk melihat kondisi sungai.
Warga di sana memang masih menunggu informasi terkait proses normalisasi Sungai Ciliwung di kawasan itu yang sejauh ini tidak jelas kelanjutannya.