Apa komentar dari seniman?
Menurut pematung senior, Dolorosa Sinaga, langkah yang diambil Ancol enutup patung Putri Duyung merupakan langkah mundur bagi kebebasan berekspresi dan berpendapat.
"Bahwa mereka, menutup akses publik untuk melihat itu. Dan itu berarti sudah melakukan pelanggaran akses terhadap publik untuk menikmati keindahan dan mendapatkan interaksi pada karya seni," katanya kepada Muhammad Irham untuk BBC News Indonesia, Selasa (26/03).
Dolorosa juga berpendapat karya seni mengajarkan orang untuk menghormati perbedaan. Setiap seniman punya otoritas untuk mencipta dan memberi pengetahuan kepada publik melalui karyanya, ujar Dolorosa.
"Institusi ini seharusnya memberikan ruang kepada seniman-seniman untuk berkarya," tambah Dolorosa.
Pegiat seni patung ini juga berharap kasus penutupan patung Putri Duyung ini viral di masyarakat.
Tujuannya, agar memberi pendidikan tentang tujuan seni sebagai 'satu-satu jalan yang bisa mengajarkan semua orang untuk hormat terhadap perbedaan'.
'Jangan mengatasnamakan masyarakat'
Antropolog Universitas Gajah Mada, Lono Simatupang mengatakan, persoalan seputar patung Putri Duyung ini merupakan bentuk gejolak sosial tentang norma kesusilaan dan keagamaan yang 'meluas ke mana-mana'.
Menurutnya, norma kesusilaan dan keagaman ini kemudian diterapkan pada sebuah karya seni.
"Jadi itu penerapan norma kesusilaan yang pukul rata," katanya saat dihubungi, Selasa (26/03).
Lono juga meragukan keberadaan seni patung Putri Duyung di Ancol mengganggu kenyamanan pengunjungnya. "Jadi mengatasnamakan masyarakat terganggu itu, itu menurut aku agak berlebihan," tambahnya.
Apa pendapat warga yang melihat patung Putri Duyung di Ancol?
BBC mewawancarai sejumlah warga yang pernah berkunjung ke Ancol secara acak dan bertanya tentang 'kenyamanan' selama berkunjung saat menemui patung Putri Duyung di sana.