Hal itu diungkapkan Jondayat, tetangganya.
Jondayat mengatakan, tersangka dikenal pendiam dan jarang bergaul dengan warga.
Berbeda dengan istrinya yang akrab dengan warga.
"Orangnya itu diam saja, jarang berbaur sama warga, paling satu dua kali doang. Tertutup gitu. Istrinya jualan makanan ringan sehingga akrab sama warga," ujar Jondayat.
Abdul Hadi, teman kerja tersangka, mengatakan, Jumharyono kerap bertingkah aneh saat sedang sendiri.
"Orangnya itu emang kayaknya rada kelainan. Kalau diajak ngobrol sih nyambung kayak biasa. Tapi kalau lagi sendiri, dia suka ngobrol sendiri dan itu sering," kata Abdul.
Kronologi
Jondayat mengatakan, kejadian bermula pada sekitar pukul 01.00 WIB.
Jondayat dan istri terbangun dari tidur karena suara berisik Jumharyono dan Khoriah yang sedang cekcok.
"Saya niat sama istri buat lapor ke RT, belum lapor eh nenek yang tinggal di samping rumahnya itu teriak kebakaran. Warga langsung keluar dan benar ada kebakaran di dalam kontrakannya (pelaku dan korban)," kata Jondayat, Selasa.
Jondayat menjelaskan, saat warga mengecek kontrakan tersangka pelaku, warga melihat tersangka panik.
Dia keluar lewat jendela, terjatuh ke lantai, lalu pingsan.
"Dia (tersangka) kelabakan keluar jendela, terus jatuh dan pingsan. Kami fokus dobrak pintunya, terus padamin api. Yang dibakar kasur," ujar Jondayat.
Saat masuk ke dalam rumah untuk padamkan api, warga melihat jenazah Khoriah tergeletak penuh luka. Warga juga melihat anak pelaku berinisial R (5) menahan sakit karena luka bakar.
"Kami sudah lihat jenazah sama anaknya nahan sakit, tapi kami padamin dulu apinya pakai baskom airlah. Pas padam, anaknya keluar kontrakan lari nangis karena luka bakar," ujar Jondayat.