Agar masyarakat bangsa ini bisa unggul dalam memenangkan ‘pertempuran’ di abad ke-21 ini tentunya orang harus bisa menambahkan satu modal lagi, yang biasa disebut dengan psychological capital atau modal psikologis seperti kreatifitas, pruduktivitas, daya saing, daya juang, tidak mudah menyerah, kerja keras, menguasai sesuatu saat bersaing dengan ketat, optimis, mental yang tangguh.
“Kalau kita simpulkan yakni modal alam kita sudah punya, modal sosial juga punya walaupun sampai sekarang mengalami ujian terus seperti ada usaha perpecahan, pernah juga ada konflik di Ambon, sehingga tercabik lagi modal sosial kita itu, Modal sosial tentu menjadi basisnya” kata pria kelahiran Padang Panjang, 31 Maret 1966 ini.
Karena kalau tidak ada keamanan, ketentraman, rasa saling percaya, persatuan, berkonflik, idak ada ketenangan social, maka pembangunan di negara ini tentunya tidak dapat berjalan.
Hal itulah yang tentunya menjadi renungan yang sangat penting dalam memperingati 74 Tahun Indonesia Merdeka agar kedepannya bangsa Indonesia bisa unggul di segala aspek.
“Artinya semangat kebangsaan, rasa saling percaya, kerjasama antar anak bangsa, antar berbeda agama, persatuan Indonesia tentunya harus bisa dijaga. Kita harus saling menjaga agar tidak mudah diadu-adu oleh paham-paham asing yang dapat memecah belah persatuan yang dapat menggerus modal social,” ucapnya.
Hal ini menurutnya tidak dapat dipungkiri karena kemarin-kemarin bangsa Indonesia sempat dirusak misalnya oleh intoleransi antar umat beragama sehingga ada rasa saling curiga antar macam-macam kelompok dan golongan.
Bahkan saat Pemilu lalu juga sempat sempat memanas karena adanya polarisasi di masyarakat yang menggerus social trush itu.
“Tentunya yang dapat memperkuat modal sosial itu adalah dengan memperkuat toleransi, saling menghargai, mencintai bangsa ini, paham dengan sejarah bangsa kita ini bahwa dulu itu kita Merdeka karena memiliki modal sosial yang kuat dengan rasa saling percaya, satu bangsa, satu Bahasa, ber Tanah Air yang satu yakni di Indonesia ini,” paparnya.
Untuk itulah menurutnya, seluruh kontruksi kebangsaan, Pancasila dan pelajaran kewarganegaraan itu harus terus-menerus diingatkan dalam berbagai bentuk pada pendidikan kewargaan dari TK lalu berjenjang ke SD hingga Perguruan Tinggi.
“Ini tentunya jangan dilupakan. Selain itu di forum-forum juga untuk saling mengingatkan bahwa bangsa ini bisa pecah kalau social trush itu tidak dipelihara,” katanya. .
Menurut Hamdi, usaha-usaha penangkalan untuk mencegah masuknya paham radikal harus terus menerus dilakukan dengan segala cara dengan melibatkan seluruh stakeholder masyarakat, baik itu guru sekolah, orang tua, instansi pemerintah, politisi dan juga TNI-Polri.
“Semuanya harus saling mengingatkan terus bahwa modal sosial ini harus diperbahari terus sebagai tabungan sosial bangsa Indonesia. Semua pihak juga jangan sedikitpun memberikan ruang intoleransi, misalnya paham-paham untuk memecah belah kesatuan, yang bertentangan dengan semangat NKRI yang ingin mengganti Pancasila,” urainya.
Selain itu menurut Hamdi pendidikan Kewarganegaraan, apapun bentuk dan tekhnologinya tentunya harus bisa lebih kreatif dengan generasi millennial era sekarang, seperti membuat film, membuat buku dan sebagainya.
“Untuk itu semuanya harus terus menerus kita jaga, Dan ini menjadi tanggung jawab seluruh stakeholder dan pemangku kepentingan bangsa ini. Karena hanya dengan begitu bangsa kita ini bisa maju. Karena tidak mungkin sehebat apapun kita punya teknologi dengan ditunjang uang yang banyak tapi kalau didalam bangsa ini nya.masyarakat dan elite-elitenya berantem terus, tentunya tidak akan bisa maju,” ujar.