“Saya seperti sekarang ini karena banyak orang yang membantu. Kini sudah saatnya saya membantu warga yang tidak mampu,” sambung Kent.
Terjun ke Dunia Politik
Dengan tekad bulat untuk keluar dari zona nyaman sebagai pengacara, Kent pun akhirnya melenggang ke dunia politik.
Tahun 2010, ia bergabung di Partai Gerindra, dengan kegigihannya dan keuletannya akhirnya dipercaya sebagai Bendahara Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Jakarta Barat.
Kemudian ia maju sebagai caleg DPRD DKI Jakarta pada Pileg 2014 mewakili daerah pemilihan Jakarta Barat (Dapil X).
Namun dewi fortuna belum berpihak kepada dirinya, ia dikalahkan oleh rivalnya, Moh Arief dan Rina Aditya Sartika.
Kent hanya meraup suara sekitar 11.000 waktu itu. Dengan kegagalannya itu, ia tidak berkecil hati dan berkeinginan kembali untuk mencalonkan diri sebagai wakil rakyat.
Di tengah perjalanan, ia merasakan sudah tidak memiliki kesamaan visi dan misi lagi dengan Partai Gerindra.
"Saya ini orangnya berwarna. Bukan abu–abu. Saya putih ya putih. Hitam ya hitam. Kalau enggak suka ya bilang enggak suka,” tegasnya. Hingga akhirnya ia hengkang dari Partai Gerindra.
Saat keluar dari Partai Gerindra, Kent mempelajari persoalan politik di Indonesia, satu per satu partai politik dibedahnya, mulai dari partai berkuasa hingga partai politik yang baru lahir.
Tepat 2018, ia akhirnya memilih untuk bergabung ke PDI-P besutan Megawati Soekarnoputri. Bermodalkan rasa percaya diri dan tidak punya kenalan apalagi “bekingan”, ia masuk dan langsung berani maju di Pileg 2019.
“Saya ini bukan keturunan darah biru. Jadi saya tau diri dan saya gak kenal siapa–siapa di internal partai. Mungkin Partai PDI-P lihat saya orangnya semangat, positif thinking, dan mau berjuang keras untuk partai dan kemaslahatan ummat makanya saya bisa di percaya”. ucap dia.
Namun saat di Pileg 2019, ia berada di Dapil DKI Jakarta 10 yang meliputi wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat, terdiri dari: Kecamatan Grogol Petamburan, Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Kebon Jeruk, Kecamatan Palmerah, dan Kecamatan Kembangan.
Kent pun mengaku sempat ragu karena statusnya sebagai keturunan Tionghoa, bahkan beberapa warga sempat menyebut dirinya kafir dan tidak pantas menjadi pemimpin.
"Saya enggak milih menjadi kafir. Kalau Tuhan kasih saya pilihan lahir sebagai kafir saya memilih enggak mau lahir di Indonesia. Saya minta lahir di Amerika, di Hongkong. Tapi hari ini saya lahir di Indonesia, yang Anda bilang kafir ini bisa menolong Anda juga kan,” tegasnya.