Supriyadi (40) adalah pria yang ada di dalam video singkat tersebut.
Saat ditemui di kediamannya di Kampung Kelapa Indah, Cikokol, Kota Tangerang, Supriadi mengatakan, sejatinya ia merupakan paman almarhum Muhammad Husen (9).
Kepada wartawan, ia lantas menceritakan kejadian sebenarnya yang terjadi pada Jumat (23/8/2019) lalu.
Awalnya, kata Supriyadi, ia mendapat kabar bahwa keponakannya tersebut hanyut di Kali Cisadane sekitar pukul 15.00 WIB.
"Saya dapat info jam 15.00 WIB. Sampai di sana korban sudah ditemukan," kata Supriyadi.
Saat ditemukan, ia menduga bahwa keponakannya tersebut telah meninggal dunia.
Namun untuk memastikan hal tersebut, dibantu oleh warga sekitar, ia membawa Husen ke Puskesmas Cikokol menggunakan sepeda motor.
Setiba di sana pihak puskesmas langsung membantu memeriksa keadaan korban.
"Dia (dokter Puskesmas) bilang, 'Pak saya cuma bisa berusaha'.
Saya bilang enggak apa-apa, kalau emang enggak ketolong emang sudah takdir," ujarnya.
Ternyata dugaan Supriyadi benar, keponakannya tersebut sudah tidak lagi bernafas.
Supriyadi pun berniat untuk membawa jenazah Husen pulang untuk segera dimakamkan.
Kala itu memang ada satu ambulans yang bersiaga di lokasi puskesmas.
Namun berdasarkan keterangan dari pihak puskesmas bahwa sesuai standard operational procedure (SOP) ambulans tersebut tidak bisa digunakan untuk membawa jenazah.
Supriyadi yang pernah bekerja sebagai satpam Rumah Sakit pun memahami kondisi itu.
Sebagai gantinya pihak puskesmas menyarankan solusi.
"Nah. dia (puskesmas) ngasih solusi (diberikan) nomor-nomor yang bisa dihubungi buat ambulans (jenazah)," tuturnya.
Namun saat menghubungi salah satu dari nomor yang diberikan, ia mengalami kesulitan lain.
"Saat saya nelpon diterima, diangkat 'selamat sore bapak dengan ambulans gratis kota Tangerang ada yang bisa saya bantu'.
Saya lagi ngomong katanya sinyalnya putus-putus," ujatnya.
Supriyadi pun berputar kian kemari untuk mencari lokasi yang sinyalnya baik, namun tetap operator mengatakan hal yang sama.
Tiga kali ia gagal menghubungi nomor tersebut. Ia pun mencoba nomor-nomor lain yang diberikan pihak puskesmas, namun tidak ada yang tersambung.
Akhirnya ia meminta bantuan pihak puskesmas menghubungi kontak ambulans tersebut.
Tetapi pihak puskesmas juga kesulitan menghubunginya.
"Karena makin sore ya udah saya putuskan, saya tanya saudara saya yang lagi nungguin bisa enggak bawa jenazah pakai motor, bisa kata dia. Ya udah akhirnya saya bawa," ucapnya.
Dimakamkan Malam Hari
Pihak puskesmas sempat menahan Supriyadi yang hendak menggotong keponakannya dengan berjalan kaki.
Namun Supriyadi yang ingin segera menguburkan Husen tetap pergi.
Saat hendak menaiki jembatan penyeberangan orang, seorang warga yang melintas kemudian menawarkan diri mengantarkan Supriyadi beserta jenazah Husen.
Tiba di rumah pukul 18.00 WIB, dibantu oleh warga sekitar jenazah Husen langsung dimandikan dan dishalatkan.
Barulah pada pukul 22.00 WIB, jenazah Husen dimakamkan oleh keluarga.
Ambulans Bukan untuk Jenazah
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang dr Liza membenarkan bahwa ada aturan yang melarang ambulans di puskesmas dipakai untuk mengantarkan jenazah.
"Iya, ambulansnya yang Puskesmas Cikokol 119 lho, bukan ambulans biasa. Di dalamnya itu ada alat kesehatan, ventilitator, oksigen segala macam"
"Jadi kalau mau dipakai buat jenazah pun itu harus dikeluarin, kan enggak mungkin itu nempel," ucapnya ketika dihubungi terpisah.
Liza mengatakan pihaknya akan menjelaskan terkait SOP ambulans dan alternatif yang bisa dipakai untuk jenazah, Senin (26/8/2019) besok.
"Besok jam 10.00 WIB ya. Kita cerita, jadi ambulans tuh sebenarnya pelayanan gimana," tuturnya.
Video Gendong Jenazah Bocah di Tangerang
Sopiah (62) terisak tangis begitu menceritakan peristiwa yang dialami Husein (8) cucu yang dicintainya itu.
Bocah berusia 8 tahun tersebut terpaksa dibopong pamannya yakni Supriadi (40) lantaran tak mendapatkan pelayanan ambulans di Puskesmas Cikokol, Kota Tangerang untuk mengangkut jenazahnya.
"Saya memang saat itu ada di Puskesmas. Nyawa cucu saya sudah tidak terselamatkan," ujar Sopiah berderai air mata saat dijumpai Warta Kota di kediamannya, RT 03 / RW 05 Kelurahan Kepala Indah, Tangerang, pada Minggu (25/8/2019).
Menurutnya, saat pihak keluarga ini membawa jenazah korban, tapi tidak dibolehkan diangkut mobil ambulans. Secuil kisah pilu itu pun membekas di dalam benak perempuan berumur 62 tahun ini.
"Sudah minta untuk dibawa ambulans, tapi tidak dibolehin. Akhirnya Supriadi, pamannya Husein mau gendong jenazahnya itu," ucapnya.
"Saya di situ nangis menjerit - jerit, gimana cara bawa mayatnya, kan susah itu. Niatnya mau dibawa pakai motor, tapi kan susah," kata Sopiah menangis sesegukan.
Dirinya menyebut beruntung ada orang baik yang melintas saat itu.
Akhirnya jenazah cucunya ini diantar dengan menggunakan mobil oleh pengendara tersebut.
"Ya Allah Alhamdulillah akhirnya dapat pertolongan. Itu orang bener-bener baik banget. Untungnya juga jenazah cucu saya ngepas ditaruh di mobil itu"
"Semoga kebaikan orang itu dibales Allah, dimudahkan rezekinya," ungkapnya terdengar sendu.
Wajah Supriadi (40) tampak memerah saat menceritakan secuil kepiluannya menggotong Husein (8) sang keponakan setelah ditolak mendapatkan pelayanan ambulans di Puskesmas Cikokol, Kota Tangerang.
Ia pun meluapkan kegeramannya itu di kala duka mendalam yang dirasakan setelah kehilangan bocah berusia 8 tahun ini untuk selama-lamanya.
Dirinya menjelaskan pada Jumat (23/8/2019), Husein ditemukan tenggelam di Sungai Cisadane, sore itu.
Korban pun dibawa ke Puskesmas Cikokol dan nyawanya tidak tertolong.
"Saya nunggu lama di Puskemas sampai sekitar dua jam. Tapi tidak ada kejelasan soal pengangkutan jenazah keponakan saya ini"
"Padahal saya meminta tolong dengan sangat untuk pelayanan ambulans," ujar Supriadi saat dijumpai Warta Kota di rumah duka, RT 03 RW 05 Kelurahan Kelapa Indah, Tangerang, Minggu (25/9/2019).
Namun pihak Puskemas tetap tidak bergeming. Dan tunduk pada aturan standar operasional prosedur (SOP) dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
"Saya disuruh untuk telepon layanan Pemkot Tangerang di nomer 112. Tapi saya telepon terus , terusan enggak bisa, susah juga," ucapnya.
Waktu pun semakin larut. Dan matahari hampir terbenam.
"Sudah mau malam, tapi tidak ada kejelasan. Padahal saya mau nguburin keponakan saya ini," kata Supriadi terlihat kedua matanya berkaca-kaca.
Sontak, Supriadi pun mendadak emosional. Pria berusia 40 tahun ini memilih untuk membawa jenazah Husein dengan berjalan kaki.
"Di situ saya memang kecewa berat. Saya langsung bopong jenazahnya, sampai sempat terpentok dinding. Langsung saya lewat jembatan," ungkapnya.
Beruntungnya, setelah di jembatan penyebrangan orang, Supriadi yang bergegas gotong mayat keponakannya itu tiba-tiba saja ada yang memanggilnya.
"Alhamdulillah ada orang baik yang nolong saya. Pengendara mobil di dalamnya ada 4 orang sekeluarga"
"Mereka nawarin untuk membawa jenazah keponakan saya ini sampai ke rumah," papar Supriadi.
Husein bocah korban tenggelam di Sungai Cisadane mendapatkan penolakan pelayanan di Puskesmas Cikokol, Kota Tangerang.
Jenazah Husein dibiarkan begitu saja meski keluarga mohon untuk meminta pelayanan ambulans.
Permintaan itu pun tak diindahkan, bocah berusia 8 tahun ini mayatnya ditutupi sehelai kain.
Pada akhirnya jenazah Husein dibopong oleh pamannya berjalan kaki diantar ke rumah duka di Kampung Kelapa, Kota Tangerang.
Pengamanan di Sungai Cisadane
Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah meminta Dinas Pekerjaan Umum (PU) untuk melakukan pengamanan di sekitar bantaran Sungai Cisadane.
Dan juga meminta kepada Kementerian PUPR untuk membangun turap di sepanjang Sungai Cisadane sehingga tidak ada lagi menimbulkan korban jiwa.
"Kami meminta pengamanan. Misalnya dibuat pagar dulu atau seperti apa gitu, agar tidak ada korban lagi," ujar Arief saat mendatangani kediaman Husein, Minggu (25/8/2019).
Arief menyambangi rumah duka untuk menggelar takziah dan meminta maaf kepaa korban.
Pasalnya jenazah Husein juga diterlantarkan oleh pihak Puskesmas Cikokol tak diberi pelayanan ambulans.
"Kami juga akan bersurat ke Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Ciliwung Cisadane untuk menindak lanjuti penurapan," ucap Wali Kota.
Menurutnya hal itu harus segera dilakukan. Sebab banyak anak - anak yang bermain bebas di lokasi tersebut.
"Supaya jangan ada lagi korban-korban lain di pinggir Sungai Cisadane yang mengakibatkan kerugian buat masyarakat," kata Arief.
Penulis: Andika Panduwinata