TRIBUNNEWS.COM - Front Pembela Islam (FPI), Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, dan Persaudaraan Alumni (PA) 212, menggelar aksi di dekat Istana Negara, Jakarta, Jumat (21/2/2020) siang.
Aksi penyampaian pendapat tersebut bertajuk Aksi 212 Berantas Korupsi.
Namun, saat ingin menyampaikan orasi di depan Istana Merdeka, mereka dibatasi dengan kawat berduri di depan Gedung Sapta Pesona, Jalan Medan Merdeka Barat.
Seorang orator aksi lalu protes karena adanya pembatasan tersebut.
"Di surat yang ditandatangani oleh polisi ke depan Istana, tapi kenapa dibatasi sampai di sini?" katanya di atas mobil komando, dikutip dari Kompas.com, Jumat.
Pernyataan orator dibalas dengan teriakan massa.
"Buka.. buka.. buka..," seru para massa.
Baca: Reuni 212 Gelar Aksi Berantas Korupsi, Mahfud MD Beri Dukungan: Bagus, Biar Ada Tekanan Publik
Baca: KPAI Kecam Pelibatan Anak dalam Aksi 212 di Monas
Diketahui, kawat berduri telah terpasang membentang di Jalan Medan Merdeka Barat baik dari arah Harmoni maupun dari arah Monas.
Sehingga, para peserta hanya bisa menyampaikan aksinya sampai di depan Gedung Sapta Pesona.
Anak dan Ponsel Hilang
Sementara itu, seorang orator yang berada di atas mobil komando mengatakan, ada informasi kehilangan anak di tengah aksi tersebut.
"Pengumuman bapak-bapak, ibu-ibu, telah hilang seorang anak bernama Raka umur 14 tahun terpisah dari ibunya," ujar orator tersebut, dikutip dari Wartakotalive.com, Jumat.
Tanpa menyebutkan ciri-cirinya, orator meminta perserta aksi untuk segera melaporkan jika menemukan anak bernama Raka tersebut.
Selain itu, orator juga mengumumkan, ada seorang peserta yang kehilangan telepon genggam bermerek Oppo A31.