News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Siswi SMP Bunuh Bocah

Soal Remaja Bunuh Bocah, Dokter Forensik Ungkap Kemungkinan Penyebab Empati Pelaku Tak Tumbuh

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Wulan Kurnia Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Barang bukti NF (kiri) dan Wakapolres Metro Jakarta Pusat, AKBP Susatyo Purnomo, saat menunjukkan gambar NF di kediaman pelaku (kanan) - Dokter forensik RS Polri Kramat Jati mengungkapkan kemungkinan penyebab remaja bunuh bocah tak memiliki rasa empati.

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Kombes Sumi Hastry Purwanti, mengungkapkan kemungkinan penyebab remaja SMP pembunuh bocah, NF (15), tak memiliki rasa empati.

Pasalnya, NF diketahui mengaku puas setelah membunuh APA (5), tetangganya sendiri, di kediamannya di Sawah Besar, Jakarta Pusat pada Kamis (5/3/2020).

"Ada (orang puas setelah membunuh). Karena bicara tentang pertumbuhan bagian otaknya, yang membuat rasa baik hati, menolong, empati itu tumbuh atau tidak," kara Hastry di RS Polri Kramat Jati, Rabu (11/3/2020), dikutip dari Tribun Jakarta.

Hastry pun membeberkan kemungkinan penyebab NF tak memiliki rasa empati.

Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Sumy Hastry Purwanti saat memberi keterangan di Jakarta Timur, Rabu (11/3/2020). (TribunJakarta/Bima Putra)

Ia mengatakan, aspek kepribadian, tontontan, serta bacaan yang dikonsumsi, akan memengaruhi rasa empati seseorang.

Baca: Otak Remaja SMP Pembunuh Bocah di Sawah Besar Diteliti untuk Tahu Penyebab Ia Minim Empati

Baca: KABAR TERBARU Siswi SMP Pembunuh Bocah, Kak Seto Minta Tak Dipenjara hingga Kebiasannya saat SD

Meski begitu, Hastry mengungkapkan saat ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap NF secara fisik maupun laboratorium.

"Itu mempengaruhi, nah dasarnya tidak memiliki empati. Makanya saat ini lagi diperiksa, didekati."

"Tidak hanya pemeriksaan secara fisik, secara laboratorium juga," terangnya.

Lebih lanjut, Hastry menduga, tontonan berunsur kekerasan juga memengaruhi tindakan seseorang jika terlalu sering ditonton.

Serta kepribadian hingga kemampuan seseorang bersosialisasi, pun turut memengaruhi tindakan.

"Kalau dia terlalu candu, maniak atau inginnya nonton terus seperti itu lama-kelamaan memang mempengaruhi dia," ucap Hastry.

Ia pun mengatakan, pemeriksaan juga akan dilakukan secara wawancara.

Namun, wawancara tidak hanya dilakukan pada NF, melainkan orang terdekat lainnya.

Orang-orang terdekat itupun tergantung pertimbangan tim dokter psikiatri jiwa forensik.

Barang bukti papan tulis dan lembaran kertas bergambar milik pelaku NF, saat ditunjukkan polisi, di kantor Polres Metro Jakarta Pusat, Sabtu siang (7/3/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/MUHAMMAD RIZKI HIDAYAT)
Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini