News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Seorang Anggota Polisi Panik Tetangganya Alami Gejala Mirip Corona, Setelah Diperiksa Ternyata DBD

Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kombes Pol Yusri Yunus di Polda Metro Jaya, Jumat (10/1/2020).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang polisi berpangkat Ajun Inspektur Satu (Aiptu) panik saat tetangganya mengalami gejala sakit mirip terjangkit virus Corona di Cilincing, Jakarta Utara.

Anggota polisi tersebut kemudian melakukan pemeriksaan medis di RS Polri Kramat Jati.

Diketahui, polisi berpangkat Aiptu tersebut panik karena istri dan anaknya disaat yang bersamaan mengalami sakit berupa batuk dan pilek.

Baca: Achmad Yurianto: Virus Corona Rapuh dengan Detergen Apapun

"Jadi awalnya dia takut dengar ada tetangganya yang kena Corona. Sehingga dia takut dan minta dicek," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus kepada Tribunnews, Senin (16/3/2020).

Dari pengakuan anggotanya itu, kata Yusri, pihak rumah sakit kemudian melakukan pemeriksaan terhadap tetangganya yang diduga terjangkit corona.

Ternyata, pihak dokter menyatakan tetangganya itu terkena Demam Berdarah (DBD).

Baca: Usia Baru 2 Tahun, Anak Artis Ini Punya Aset Triliunan Rupiah, Miliki Istana hingga Hutan Pribadi

"Ternyata setelah dia ke rumah sakit dan tetangganya dicek. Itu tetangganya bukan terkena Corona tapi DBD," ungkap dia.

Dia mengungkapkan, saat ini tetangganya itu telah dirawat di RS Polri Kramat Jati.

Sebaliknya, anggotanya juga dinyatakan dalam kondisi sehat.

"Anggota semua dicek aman. Yang sebelumnya pelaporan tetangganya Corona itu ternyata DBD," katanya.

Total ada 134 Kasus Corona di Indonesia

 Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengatakan pasien positif virus corona kembali bertambah 17 orang, Senin (16/3/2020).

"Ada tambahan kasus, sebanyak 17 kasus confirm positif yang baru," ujar Achmad Yurianto dalam konferensi pers di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Senin (16/3/2020).

Tak seperti biasanya, Achmad Yurianto tidak merinci jenis kelamin dan usia dari 17 orang yang positif terinfeksi virus corona tersebut.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) itu hanya menyampaikan lokasi dimana mereka berada.

Baca: Pernyataan Lengkap Jokowi Soal Lockdown, Kepala Daerah Diwanti-wanti, hingga Pesan Solidaritas

Baca: RSUP Persahabatan Rawat 26 Pasien Terkait Virus Corona, 6 Sudah Dinyatakan Sembuh

Baca: UPDATE Covid-19: Pasien Positif 134 Orang, Jubir Corona Minta Masyarakat Isolasi Diri Sendiri

Dari jumlah tersebut, 14 diantaranya berada di DKI Jakarta.

"Rinciannya adalah dari Provinsi Jawa Barat 1 orang, Banten 1 orang, Jawa Tengah 1 orang, dan dari DKI 14 orang. Rincian lain yang lebih lengkap silakan lihat di website Kemenkes," kata dia.

Dengan tambahan tersebut, total jumlah kasus pasien positif virus corona di Indonesia saat ini mencapai 134 kasus.

Alasan Jokowi tidak ambil lockdown untuk Indonesia

Presiden Joko Widodo (Jokowi) tegaskan Indonesia belum akan memilih opsi lockdown sebagai antisipasi penularan virus corona (Covid-19).

Hal ini disampaikan Jokowi dalam konferensi pers di Istana Bogor, pada Senin (16/3/2020) sekitar pukul 15.00 WIB.

"Sampai saat ini tidak ada kami berpikiran ke arah kebijakan lockdown," tegas Jokowi.

Baca: Jokowi Sudah Jalani Tes Corona, Ini Hasilnya

Baca: Jokowi Minta Layanan Publik, Kesehatan, dan Transportasi Tetap Diadakan

Ia menuturkan saat ini pemerintah tengah fokus dalam mengurangi mobilitas masyarakat dari satu tempat ke tempat yang lain.

"Menjaga jarak dan mengurangi kerumunan orang yang membawa resiko lebih besar pada penyebaran Covid-19," ujarnya.

Sehingga Jokowi mengimbau masyarakat untuk melakukan aktivitas di rumah. 

"Kebijakan belajar, bekerja dan ibadah dari rumah perlu terus kami gencarkan untuk mengurangi adanya penyebaran Covid-19," jelasnya.

Arti Lockdown

Persebaran Covid-19 yang semakin meluas membuat beberapa negara melakukan lockdown.

Lockdown dilakukan sebagai upaya dalam meminimalisir terjadinya persebaran Covid-19 atau biasa dikenal virus corona.

Hingga saat ini, ada delapan negara yangs sudah melalakukan lockdown.

Diantaranya China, Italia, Filipina, Denmark, Irlandia, Spanyol, Prancis, dan Inggris.

Apa itu lockdown?

Lockdown sendiri artinya kuncian.

Dikutip dari Cambridge, lockdown diartikan sebagai sebuah situasi di mana orang tidak diperbolehkan masuk atau meninggalkan sebuah bangunan atau kawasan bebas karena kondisi darurat.

 

Baca: BREAKING NEWS: Jokowi Tegaskan Pemerintah Daerah Tak Bisa Lockdown Tanpa Keputusan dari Pusat

Baca: BREAKING NEWS Jokowi Minta Daerah Tetap Sediakan Moda Transportasi

Dilansir theguardian.com, Jerman menyegel sebagian perbatasannya, melarang pendatang dari Prancis, Swiss, dan Austria mulai Senin (16/3/2020).

Sementara Denmark menjadi negara kedua setelah Italia yang memberlakukan lockdown, setelah mengonfirmasi 514 kasus Covid-19 di negaranya.

Mengikuti Italia, Spanyol juga melakukan lockdown selama 15 hari kecuali jika ingin membeli makanan atau obat-obatan, bekerja atau mencari perawatan medis.

Jumlah kematian Spanyol akibat virus Covid-19 meningkat dua kali lipat pada Minggu (15/3/23020), menjadi 288 lebih dari 8.000 orang dilaporkan terinfeksi.

Spanyol menempati urutan terburuk kedua setelah Italia, dimana lebih dari 1.400 orang telah meninggal dan lebih dari 21.000 terinfeksi sakit.

Spanyol resmi melakukan penguncian secara nasional. Spanyol adalah negara Eropa kedua yang melakukan lockdown ini. (Youtube Sky News Australia)

Media Jerman mengatakan tiga perbatasan utama negara itu akan ditutup.

Perlu diketahui, negara-negara tetangga seperti Denmark, Republik Ceko, dan Polandia telah menutup perbatasan mereka untuk wisatawan.

Di Austria bertemu lebih dari lima orang akan dilarang mulai Senin (16/3/2020).

Toko-toko yang tidak penting akan ditutup, begitu juga restoran, bar, taman bermain, dan tempat-dan tempat olahraga.

Kanselir Austria, Sebastian Kurz, memperingatkan minggu-minggu berikutnya akan "menantang, sulit, dan menyakitkan".

Lebih dari 800 orang telah terinfeksi dari populasi 8,8 juta dan satu orang meninggal.

Vienna telah melarang siapa pun masuk dari Inggris, Belanda, Ukraina, dan Rusia.

Ilustrasi (AFP/PIERO CRUCIATTI)

Di Perancis, 127 orang tewas.

Kafe, restoran, bioskop, dan sebagian besar toko tutup.

Layanan pesawat, kereta api, dan kereta antar kota berkurang mulai, Minggu, tetapi layanan Paris Métro akan berlanjut untuk saat ini, kata pemerintah.

Bulgaria mengatakan akan melarang penerbangan masuk dari Spanyol dan Italia.

Dengan infeksi meningkat secara eksponensial di banyak negara, para pemimpin G7 sedang mempersiapkan untuk mengadakan pertemuan puncak yang luar biasa melalui tautan video pada Senin.

Pertemuan ini dilakukan untuk mencoba mengoordinasikan respons finansial dan medis terhadap pandemi.

Perjalanan internasional dan pergerakan internal di banyak negara akan sangat dibatasi yang mulai berlaku selama beberapa hari mendatang.

Di China, pemerintah mengumumkan siapapun yang mendarat di Beijing mulai Senin akan dikarantina selama 14 hari di fasilitas pemerintah.

Siapa pun yang tiba di Australia akan diperintahkan untuk melakukan isolasi diri selama dua minggu.

Tak hanya itu, mereka juga terancam akan dikenakan denda jika tak melakukannya, kata pemerintah setempat.

Baca: Berduri, Ini Gambar Virus Corona Diperbesar, Bentuk Corona seperti Mahkota

Pada Sabtu, (14/3/2020) Amerika Serikat menambahkan Inggris dan Irlandia ke daftar negara-negara Eropa yang melarang adanya pendatang.

Filipina mencatat empat kematian akibat virus corona dan 29 kasus baru, menjadikan penghitungan infeksi domestik menjadi 140, dengan seluruh populasi ibu kota, Manila, ditempatkan di bawah “karantina masyarakat” selama sekitar satu bulan dimulai pada Minggu.

(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma/Yurika Nendri))

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini