Dirinya pun sudah berusia 63 tahun.
Sehari sebelumnya, Said mengaku baru saja memakamkan satu jenazah korban Covid-19.
Dirinya dibantu tiga orang rekannya menggali sebuah kuburan bagi jenazah tersebut dan turut menguburkan. Said mengakui bahwa dirinya sebenarnya sangat takut tertular karena usianya.
"Kalau dibilang takut ya pastinya takut, tapi ya sudah nasib kerjanya begini. Belum lagi saya kan tergolong yang mudah (karena lansia, red)," kata Said singkat.
Baca: Cerita Kakek Driver Ojol 5 Jam Antar Penumpang Purwokerto-Solo, Penumpangnya Tiba-tiba Menghilang
Said percaya bahwa prosedur pemakaman yang diterapkan oleh pihak rumah sakit tentunya berguna melindungi para petugas yang terlibat saat proses penguburan jenazah Covid-19.
Sejauh ini Said sudah dua kali terlibat dalam penggalian kubur jenazah Covid-19.
Said selalu berusaha keras mematuhi imbauan pihak rumah sakit yang mengharuskannya mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) dan menjaga kebersihan diri.
Pemerintah daerah pun, lanjut Said, sudah menyediakan berbagai keperluan untuk kantor pemakaman.
Khususnya dalam pencegahan penularan virus corona. Mulai dari menyediakan hand sanitizer hingga memenuhi kebutuhan lainnya yang tak dijabarkan secara menyeluruh oleh Said.
"Saya cuma bisa mengikuti apa yang diminta rumah sakit. Saya percaya pastinya itu untuk menjaga kita-kita yang ikut ngubur," kata Said.
Jenazah korban Covid-19, ketika tiba di makam, sudah dalam kondisi terbungkus peti.
Sebagai seorang penggali kubur, Said yang biasanya melihat jenazah yang bukan korban Covid-19 bisa didampingi langsung oleh keluarga dan didoakan, merasa sedih melihat jenazah korban Covid-19.
Baca: BREAKING NEWS, Wakil Jaksa Agung RI Dimakamkan, Pelayat Dicek Suhu Tubuh dan Diingatkan Jaga Jarak
Harus dibungkus plastik, dikuburkan tanpa adanya pihak keluarga yang datang hingga tidak didoakan langsung oleh keluarga, membuat Said merasa sedih.
Bahkan pasien saat dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit, tak ada satu pun keluarganya yang datang.