News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menghadapi Pandemi Covid-19 Tugas Terberat Sekaligus Pengalaman Baru Polri

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Irjen Pol Fadil Imran

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polisi diuji total saat pandemi Covid-19 saat ini. Sisi lain, polisi dicurigai keluar dari tugas pokok dan fungsinya.

Di satu sisi, wajib memelihara keamanan-ketertiban. Sisi lain lagi, polisi rentan terpapar Covid-19.

Apalagi, pandemi Covid-19 adalah sejarah baru bagi bangsa Indonesia, bahkan internasional. Polisi belum berpengalaman dalam membantu pemerintah yang belum berpengalaman juga dalam menangani krisis dampak pandemi.

Hal Ini disampaikan Inspektur Jenderal Pol Dr M Fadil Imran MSi yang kini merupakan Staf Ahli Kapolri Bidang Sosial Budaya dalam seminar teleconference, Jumat (17/4/2020).

"Dalam sikon sekarang, banyak pihak mencurigai bahwa Polri sudah keluar dari tugas pokok dan fungsinya. Seolah melampaui kewenangan. Misal, mengawal jenazah korban Covid-19 yang pemakamannya ditolak sebagian kecil masyarakat. Membuat dapur umum. Juga penyemprotan disinfektan," ungkap Fadil Imran.

Kecurigaan itu, terutama mengawal pemakaman, jika digembor-gemborkan melalui media sosial, maka seolah-olah polisi tidak berpihak ke masyarakat.

Fadil menganggap kecurigaan itu wajar. Sebab, situasi dan kondisi sekarang sangat khusus. Berbeda dari sikon biasa atau normal.

"Hal itu muncul karena dilatari ketidakmampuan dalam melihat konsep besar yang sedang dilakukan oleh Polri. Yakni Polri berusaha meredam terjadinya civil unrest. Juga menjaga ketertiban sosial. Ini tugas pokok dan fungsi polisi," katanya.

Coba, seandainya penolakan pemakaman dibiarkan, bakal muncul gejolak sosial. Kekacauan sosial. Ujung-ujungnya, kriminalitas meluas.

Tentang polisi membantu dapur umum untuk ketersediaan makan bagi warga terdampak pandemi, Fadil mengatakan bahwa polisi menanganinya karena tidak ada inisiatif masyarakat.

"Coba, misalnya PKK menangani urusan ini, dengan senang hati Polri menyerahkannya. Begitu juga dengan penyemprotan disinfektas. Itu sifatnya hanya membantu," tutur Fadil yang lulus sebagai doktor dari Kriminologi Universitas Indonesia.

Kejahatan Saat Bencana

Fadil juga mengulasbahwa bencana berdampak perubahan atau lebih tepat penambahan bentuk kejahatan. Ia mengutip hasil-hasil penelitian tentang bencana yang diterbitkan mulai tahun 2015-an.

Seiring terjadinya bencana, tindakan anti-sosial dan kejahatan juga ikut terjadi. Bencana dapat memicu berkembangnya corrosive communities, yang menjadi lahan subur tumbuhnya konflik, trauma yang berkelanjutan, dan gangguan sosial (Frailing and Harper, 2017).

Bencana memiliki kecenderungan tinggi untuk menghasilkan ketidakstabilan sosial dan ketidaknormalan. Juga menciptakan anomie yang luas di masyarakat yang dilanda krisis (Nath, 2019).

"Ada beberapa bentuk kejahatan saat bencana, seperti property crime termasuk looting atau penjarahan, lalu interpersonal violence, selain fraud," tuturnya.

Tapi sebenarnya tidak ada perbedaan antara kejahatan yang terjadi saat kondisi normal dengan kejahatan yang terjadi saat bencana. Penimbunan, penipuan, pemalsuan, dan hoax juga terjadi pada saat kondisi normal.

"Tapi penimbunan masker, pemalsuan hand sanitizer, serta hoax tema Covid-19 hanya ditemukan saat bencana sekarang. Ini menunjukkan bahwa kejahatan dalam konteks tertentu selalu berubah mengikuti situasi dan kondisi yang ada di dalam masyarakat," jelasnya.

Bencana juga memunculkan ketegangan sosial. Muncul gerakan sosial dari kelompok pekerja di wilayah perkotaan, mengusung ideologi, protes, dan ketidakadilan, sambil mengajak yang lain untuk melakukan kerusuhan dan penjarahan.

Terbentuk kelompok memiliki potensi untuk dapat membentuk suatu kekuatan sosial yang sangat mungkin berbahaya, jika eksistensinya terancam.

Terbaru, fenomena kelompok Anarcho-Syndicalism dan ojek online, merupakan fenomena yang tidak teramati oleh beberapa ilmuwan sosial kemasyarakatan. Artinya, sangat mungkin fenomena ini khas terjadi di Indonesia saat bencana Covid-19.

Sebagai penutup, Fadil mengambil hikmah bencana Covid-19.

"Kita belajar mengembangkan early warning systems. Mengembangkan disaster continuity and recovery plan komprehensif Marilah kita bersama bedoa, agar badai ini segera berlalu," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini