TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Terbongkar kebaikan hati John Kei pada warga sekitar perumahannya yang diungkap Ketua RT 004 RW 001 Kelurahan Kali Baru, Kecamatan Medan Satria, Donny.
Kebaikan hati John Kei itu terkuak setelah namanya diduga dikaitkan dengan keributan di Green Lake City, Cipondoh, Tangerang.
Donny menjelaskan, John Kei dikenal ramah oleh tetangganya.
"Tapi kalau sama warga dia baik banget. John Kei dan anak buahnya kalau lewat sini pasti salam gitu," ucap Donny pada Senin (22/6/2020).
Tak hanya itu, Donny juga mempercayai sosok John Kei menjadi satu diantara orang yang dipercayanya untuk bertugas menjaga lingkungan perumahan Tytyan Indah Utama X.
Terlebih, John Kei disebut telah berpesan kepada anak buahnya agar tak ada yang menganggu tetangga.
“Kalau ada keributan sama warga sekitar, yang saya bawa pasti anak buahnya (John Kei). John Kei juga berpesan ke anak buahnya jangan ada yang ganggu tetangga rumahnya,” aku Donny.
Lebih lanjut, Donny mengatakan, selama 14 tahun tinggal di Perumahan Tytyan Indah Utama X, warga tak mempermasalahkan keberadaan John Kei beserta anak buahnya.
Bahkan menurut dia, warga telah terbiasa dengan adanya penggerebekan di kediaman John Kei.
"Enggak ada masalah sih (kalau keberadaan John Kei). Malah yang ditakutin warga itu kalau ada penyerangan di rumahnya dia. Kalau anak buah dan John Kei baik kok,” aku Donny.
Saat ditanyakan terkait permasalahan yang terjadi, ia tak menceritakannya secara detail.
“Katanya sih masalah utang pribadi, tapi kurang tahu juga ya,” ujar Donny.
Kisah John Kei Sukses Bangun Bisnis
John Kei pernah menceritakan kisah kehidupannya saat diwawancara Pendeta Gilbert Lumoindong, dan diposting dalam program #KAMUHEBAT Pendeta Gilbert di akun youtubenya dengan judul 'John Kei Menangis Ingat Keluarga.
John Kei memulai ceritanya dengan mengisahkan peristiwa ketika ia keluar dari kampungnya pada tahun 1986.
John Kei berbohong pada ibunya untuk bisa pergi ke Jawa.
Dia mengaku hanya akan pergi ke Dobo sekitar 1 bulan lamanya.
Dobo tidak jauh dari kampung halamannya di Kei, Maluku Tenggara.
Tapi nyatanya John Kei justru pergi ke Surabaya tanpa sepeser pun uang.
Di Surabaya, John Kei tinggal bersama keluarganya.
Dia lalu sempat mencoba mendaftar menjadi prajurit TNI Angkatan Laut pada tahun 1987.
Dia kemudian gagal mengikuti tes lantaran memukul peserta lain saat proses seleksi.
"Ada peserta yang panggil Ambon Itam..Ya saya hajar," ujar John Kei.
Akibat perkelahian itu, John Kei tidak sempat ikut tes, ia lekas dikeluarkan.
"Setelah itu saya tato badan untuk melupakan masuk Angkatan Laut," ujar John Kei.
Tahun 1988, John Kei pergi ke Jakarta.
Di Jakarta ia ditampung di rumah kerabatnya yang lain di kawasan Berlan.
Lucunya, saat itu John Kei tidak tahu rumah kerabatnya di Jakarta.
Dia hanya diberitahu bahwa rumahnya ada di kawasan Berlan.
John Kei sempat bingung mencari rumah kerabatnya sampai melihat sebuah celana jins tergantung depan sebuah rumah.
John Kei ingat bahwa itu celana jins milik kerabatnya ketika datang ke Surabaya.
John Kei pun memilih masuk ke dalam rumah, dan ternyata benar.
Pendeta Gilbert Lumoindong tertawa lebar mendengar cerita bagaimana John Kei tiba di Jakarta pertama kali.
Dari sanalah John Kei mulai mengenal kehidupan malam.
Ia bekerja dari satu pub ke pub lain.
Pekerjaan di diskotek ini ia mulai kerjakan tahun 1988.
Sampai akhirnya bekerja menjadi Satpam di salah satu diskotek di Jalan Jaksa.
Ia memperoleh gaji Rp 200.000 per bulan.
"Tapi tiap bulan terima kertas aja karena banyak utang," ujar John Kei.
Tapi ia tak lama menjadi Satpam karena berkelahi dengan bosnya.
Dia menghancurkan semua barang-barang bosnya, lalu kembali ke kampung halamannya di Pulau Kei.
John Kei menceritakan bahwa ketika ia pulang ke kampung halamannya, kondisi keuangannya sudah jauh lebih baik.
Bahkan ibunya sampai terharu dengan apa yang bisa didapatkan John Kei.
Dia kemudian kembali bekerja di Jalan Jaksa, lalu terlibat kasus pembunuhan di jalan jaksa di tahun 1992.
Dia divonis 5 tahun penjara, dan bebas pada tahun 1995.
Menurut John Kei, setelah ia keluar penjara untuk pertama kalinya, saat itulah kekuatannya mulai terbangun.
Dia jadi memiliki anak buah, dan banyak orang mulai memilih bergabung dengannya.
Hal itu membuatnya jadi seperti pimpinan geng.
Saat itu, John Kei mengklaim bahwa dirinya sudah memiliki pasukan di mana-mana.
Di awal bisnisnya, John Kei paling anti dengan pekerjaan menjaga tempat hiburan.
"Jadi kalau saya ketemu pengusaha, you kasih kerjaan saya kerja. Tapi kalau kerja jadi security saya tidak. Tapi kalau ada kerjaan jadi debt collector, itu pasti saya mau," ujar John Kei.
Makanya kemudian John Kei menggerakan anak buahnya untuk menjadi debt collector.
Ketika bisnisnya makin membesar, John Kei mengatakan punya 500 - 600 orang yang sangat setianya kepadanya.
"Saya punya 500 - 600 orang yang kalau saya suruh pergi ke neraka, mereka pergi ke neraka," ujar John Kei.
Tapi di luar itu, John Kei masih memiliki banyak anak buah lain.
Bahkan, kekuatan anak buah John Kei tak terbatas. Segalanya sesuai kebutuhan John Kei.
"Kalau saya butuh berapa, maka mereka kumpul," ujar John Kei.
2 Jenis Bisnis yang Dihindari John Kei
John Kei juga menceritakan bahwa ada 2 jenis bisnis yang paling dia hindari.
Seingat John Kei, dia hanya pernah terlibat dengan bisnis menyangkut tanah satu kali saja.
Selain itu, selama menjadi bos preman, John Kei ternyata tidak mau menjalankan bisnis narkoba
"Dari dulu saya tidak mau transaksi narkoba," ujar John Kei.
Jadi ada 2 jenis bisnis yang paling ia hindara. Pertama, menyangkut tanah. Kedua, menyangkut narkoba. (*)