TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kematian editor Metro TV Yodi Prabowo yang diduga dibunuh menyisakan teka-teki.
Penyebab kematian editor Metro Tv yang ditemukan tewas di pinggir Tol Jorr Pesanggrahan, Jalan Ulujami Raya, Pesanggrahan, Jakarta Selatan pada Jumat (10/7) itu belum terungkap.
Polisi saat ini tengah melakukan proses penyelidikan lebih lanjut.
Bahkan, polisi menemukan sebilah pisau yang berada di balik tubuh jenazah Yodi Prabowo.
Anjing sempat mengendus pisau tersebut guna menelusuri dugaan pembunuhan Yodi.
Baca: Mencari Ekspresi Sedih Suci karena Ditinggal Editor Metro TV, Muncul Saat Ditanya Soal Perkenalan
Hasilnya, anjing pelacak tersebut berhenti di warung kopi.
Berdasarkan penyelidikan sementara, polisi memperkirakan peristiwa kematian Yodi terjadi di atas pukul 00.00 WIB malam.
"Diperkirakan kejadian itu sekitar pukul 12 malam sampai dengan pukul 2 pagi hari. Itu berdasarkan dari hasil keterangan saksi, mulai dia (korban) dari berangkat kantor," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus kepada wartawan, Selasa (21/7/2020).
Yusri mengatakan, hal itu diketahui berdasarkan temuan sepeda motor korban oleh warga setempat pada pukul 02.00 WIB.
Lokasi motor ditemukan tidak jauh dari tempat korban tergeletak.
"Karena berdasarkan keterangan saksi yang memindahkan sepeda motor yang dia temukan di pinggir jalan dekat TKP tersebut sekitar pukul 2 pagi," ucapnya.
Pacar Pulang Bareng Pria Berkacamata
Seminggu sebelum jenazah Yodi Prabowo ditemukan, Suci Fitri Rohmah menceritakan sempat pergi bersama pria berinisial D.
D yang berperawakan kurus itu diduga sempat melintas di Jalan Inspeksi Kali Pesanggrahan pada Rabu (8/7/2020) sekitar pukul 02.00.
D diduga sempat menjemput pacar Yodi Prabowo itu di sebuah restoran kemudian pulang bareng.
Orang yang pertama kali melihat keberadaan D di Jalan Inspeksi Kali Pesanggrahan adalah pemilik warung kopi bernama Syahrul.
"Suci kenal kok sama dia (D). Orang pulang bareng kok," kata DV kepada TribunJakarta.com, Rabu (22/7/2020).
DV merupakan warga setempat yang sempat mendampingi Suci ketika diajak ikut olah TKP.
Sebelum olah TKP pada Senin (13/7/2020) menjelang Magrib, sorenya DV sempat ikut untuk ke restoran di mana Suci sudah terlebih dulu hadir di sana.
Pengakuan pernah jalan dengan D, disampaikan Suci kepada polisi saat makan di restoran di kawasan Bintaro, Pesanggrahan.
Ketika itu Suci mengatakan pernah dijemput di salah satu restoran oleh D.
"Seminggu sebelum kejadian tuh mereka pernah pulang bareng. Sucinya itu dijemput di restoran," ungkap DV.
"(Suci bilang) sama saya, terus sama pihak kepolisian juga dia ngomong kayak gitu," tambahnya.
Gerak-gerik Dua Pria
Sebelumnya, Syahrul bercerita melihat dua pria dengan gerak-gerik mencurigakan melintas di depan warungnya di Jalan Inspeksi Kali Pesanggrahan.
Sebagai informasi, lokasi penemuan jenazah Yodi Prabowo di pinggir Tol JORR dengan Jalan Inspeksi Kali Pesanggrahan berjarak sekitar 1 kilometer.
Salah satu pria misterius yang dilihat Syahrul bereperawakan tinggi, kurus, dan menggunakan kacamata.
Pria itu berjalan melewati warung Syahrul pada Rabu (8/7/2020) sekitar pukul 02.00 WIB.
Dua hari kemudian atau Jumat (10/7/2020) jasad Yodi Prabowo ditemukan oleh anak-anak yang sedang bermain layang-layang.
Berikutnya, pada Senin (13/7/2020) sore, Syahrul diajak polisi ke sebuah restoran di kawasan Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Rupanya di restoran tersebut sudah menunggu kekasih Yodi Prabowo, Suci Fitri Rohmah.
Di salah satu meja makan di restoran itu, Syahrul duduk berhadapan dengan Suci Fitri yang didampingi DV.
Ciri-ciri Pipi
Di sela-sela obrolan dengan polisi, Syahrul diperlihatkan sebuah video berdurasi sekitar 10 detik.
Seingatnya, di dalam video tersebut tampak pria berkacamata yang pernah melintas di warungnya.
"Pokoknya sopirnya yang pakai kacamata itu. Kan saya disuruh lihat sama polisi. Coba kamu lihat, benar bukan? Kalau dilihat dari ininya sih (tunjuk pipi), kayaknya iya. Dia kan buang muka kan," kata Syahrul.
Baca: Reaksi Kekasih Editor Metro TV sata Lihat Video Pria Berkacamata, Gelagat Aneh Suci Jadi Sorotan
Video tersebut, jelas Syahrul, direkam di dalam mobil dengan latar suasana siang hari.
Pria berinisial D bertindak sebagai sopir.
Di sebelahnya terlihat seorang pria lain mengenakan jaket merah.
Pria 60 tahun itu sebenarnya sempat menegur D saat melintas di depan warungnya.
Namun, D menjawab seadanya sambil memegang handphone dan meletakkan di telinga kirinya.
"Karena saya tahu dia orang asing, makanya saya tanya mau ke mana? Dia cuma bilang ke atas. Dia sambil terima telepon pakai tangan kiri," tutur Syahrul.
Selain D, ada satu pria lagi yang melintas di depan warung Syahrul di malam terbunuhnya Yodi Prabowo.
Pria tersebut muncul sekitar 20 menit setelah D menapaki Jalan Inspeksi Kali Pesanggrahan.
Kalau yang kedua ini nggak terlalu kelihatan mukanya, soalnya dia tutupin pakai jaket kupluk warna hijau," kata Syahrul.
Setelah sekitar 200 meter dari warungnya, pria tersebut sudah tidak terlihat lagi.
Dikira Pencuri
Mulanya, Syahrul mengira kedua pria itu merupakan pencuri yang mengincar sepeda motor warga.
Sampai akhirnya ia mendengar kabar tentang penemuan jenazah Yodi Prabowo di pinggir tol JORR pada Jumat (10/7/2020).
Hati Syahrul tidak tenang. Ia merasa mesti melaporkan soal dua pria yang mencurigakan.
"Saya harus lapor, dalam hati bilang begitu. Akhirnya hari Sabtu (11/7/2020) saya lapor ke Pak RW, baru habis itu ke Polsek (Pesanggrahan)," ujar dia.
Pakar Duga Bunuh Diri
Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel mengatakan ada beberapa kalimat atau pernyataan seseorang yang merupakan pertanda suicidal ideation atau pemikiran tentang bunuh diri.
Ia mencontohkan, misalnya pernyataan "Kalau nanti aku enggak ada, kamu sedih enggak?"
"Orang awam barangkali menganggap sepele perkataan semacam itu. Tapi dari perspektif psikologi, kalimat tersebut merupakan pertanda suicidal ideation atau pemikiran tentang bunuh diri," kata Reza, kepada Warta Kota (grup TribunJakarta), Rabu (22/7/2020).
Pemikiran semacam ini katanya sama sekali tidak boleh dianggap enteng.
"WHO, misalnya, menyimpulkan bahwa sekitar 60 persen transisi dari pemikiran tentang bunuh diri ke rencana bunuh diri lalu berlanjut ke langkah bunuh diri, berlangsung dalam kurun 12 bulan sejak pemikiran itu muncul untuk pertama kalinya," papar Reza.
Cepatnya proses transisi itu, menurut Reza, mengirim pesan bahwa masyarakat harus lebih serius menyikapi perkataan tentang bunuh diri yang dikemukakan siapapun.
"Seperti otoritas penerbangan yang tidak menoleransi ucapan 'bom'. Siapa pun juga perlu menyemangati orang-orang dengan suicidal ideation untuk selekasnya mencari bantuan medis dan psikis," kata Reza.
Masyarakat yang lebih paham pentingnya keseriusan menyikapi suicidal ideation katanya akan menjadi protective factor bagi tercegahnya aksi bunuh diri.
"Dikaitkan ke kasus editor media, kita tentu berduka atas kejadian dimaksud. Tinggal lagi investigasi polisi, seberapa jauh suicidal ideation akan dicermati sebagai salah satu arah penyelidikan guna mengungkap kasus meninggalnya sang editor," kata Reza.
(tribunjakarta/wartakota)