TRIBUNNEWS.COM, Jakarta - Peran guru dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat masih sangat tinggi meski ilmu pengetahuan dan teknologi kini mudah didapat dari beragam sumber.
Dalam kaitan peringatan Hari Kemerdekaan ke-75 RI ini selain mengenang jasa para pahlawan, kita juga terutama para siswa harus mengingat para guru dan terus mendoakannya.
“Tidak ada yang namanya bekas guru.Yang namanya guru ya guru. Karena itu jangan pernah lupa untuk mendoakan guru kita, karena keseringan dari kita lupa mendoakan Bapak dan Ibu guru kita, lebih sering hanya berdoa untuk diri kita semoga lulus SMA,” ujar Bertho Darmo Pudjo Asmanto, alumni SMAN 8 tahun 1991 yang juga Direktur Properti, Resort, Retail dan Tirta PT Pembangunan Jaya Ancol, Kamis (13/8/2020).
Bertho memaparkan hal itu ketika berbicara sebagai salah satu narasumber dalam acara Edufair 8 di aula SMAN 8 Jakarta, kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.
Dia tampil membahas bidang studi Hubungan Internasional (HI), tempat studinya di UI, setelah tamat dari SMAN 8 Jakarta.
Narasumber lain dalam bidang studi HI ini adalah Chaula Rininta Anindya, alumni SMAN 8 Jakarta tahun 2011, FISIP HI UI dan kini Researcher Analysist RSIS NTU.
Selain bidang studi HI, Edufair 8 sesi terakhir di Part 2 ini juga membahas bidang studi psikologi yang menghadirkan narasumber Mita Aswanti, alumni SMAN 8 tahun 1996, kini dosen Psikologi UI dan juga Psikolog Anak.
Selaian itu Dhian Kusumastuti Alumni SMAN 8 tahun 2015, S2 Unair dan Founder Brigtsoul, serta Las Asimi Lumban Gaol, alumni SMAN 8 tahun 2015, Psikologi UI dan kini Researcher Zenius Education.
Bertho Darmo menyarankan kepada adik-adiknya di SMAN 8 ini agar mengoptimalisasikan ilmu.
“Jadi orientasi kuliah itu jangan mencari gelar, salah kalau kita menjadi sarjana Arsitektur, sarjana HI saja, tapi kita kepingin meorientasikan ilmu kita,” katanya.
Bertho ingat ada temannya yang mengatakan yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Teman saya tidak tau kalau saya ini pernah menjadi tukang koran dari kelas 3 SD sampai dengan kuliah tingkat 2.
“Saya bilang ke teman saya tidak begitu waktu itu yang akan mengubah keadaan. Harta bisa habis sedangkan ilmu tidak akan habis dan membuat kita survive,” katanya.
Sementara itu Kepala Sekolah SMAN 8 Jakarta Rita Hastuti, M.Pd memuji kolaborasi penyelenggaraan Edufair ini.
Rita memuji Edufair ini mulai dari disain acaranya menarik, mengundang alumni, konten pertanyaannya juga pas gaya milenial. Sehingga Part 2 ini tak kalah menarik dari Part 1. Pewawancara cerdas dan jenaka menggali informasi hal2 baru dari para Alumni.
“Acara ini sangat bermanfaat bagi yang menyaksikan, dan panitia dari OSIS bertambah pengalamannya dalam mengadakan acara Edufair secara daring untuk kali pertama ini. Sukses untuk OSIS SMAN 8 Jakarta,” ujar Rita Hastuti.
Sedangkan Rhania, Ketua HARAPAN (Hari Profesi Delapan) OSIS SMAN 8 Jakarta berharap dengan pelaksanaan Edufair ini dapat menambah wawasan anak-anak SMAN 8 dalam bekal mereka untuk melanjutkan S1 di PTN terkemuka di Indonesia dan dapat melanjutkan pendidikan di luar negeri untuk bekal mencari pekerjaan di masa depan nanti.
Sementara Andria Mulindasari (orang tua murid SMAN 8 Jakarta) sebagai Panitia sie Acara Edufair 2020 yang juga dikenal sebagai praktisi yang berkecimpung di bidang public speaking, berhasil mentransfer skill profesionalnya kepada anak-anak OSIS dalam memanage acara alumni Talk Edufair part 2 dari sesi satu sampai dengan penutupan pada hari ini.
Di tengah pandemi ini walaupun anak-anak tidak dapat bertatap muka namun mereka tetap dapat menyelenggarakan Edufair dengan sangat antusias dan serius serta profesional untuk dapat menghadirkan acara Edufair ini secara daring dan bermanfaat bagi semua siswa/siswi SMAN 8 baik kelas X,XI dan XII. Sebagai kontribusi program terakhir mereka di akhir masa kepengurusan OSIS.(*)