TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, menjadi salah satu lokasi rujukan pemakaman jenazah pasien Virus Corona atau Covid-19. Setiap harinya, para penggali kubur berjibaku memakamkan puluhan jenazah Covid-19 di pemakaman ini.
Jumlah jenazah Covid-19 yang dikuburkan di TPU Pondok Ranggon mengalami peningkatan pada periode Juni - September. Di mana terhitung mencapai sekitar 30 jenazah Covid-19 setiap harinya.
Minar (55) jadi penggali kubur di TPU Pondok Ranggon sedari 1987. Menjadi penggali kubur di masa pandemi adalah tugas terberat.
Ia merasakan lelahnya menggali kubur karena pandemi Covid-19 banyak korban berjatuham. "Perbedaannya sangat jauh beda. Saya tahun 1987 - 2020 ini, baru 2020 ini yang capeknya terasa karena menggali (kuburan)," ungkap Minar kepada Tribun, Selasa (22/9/2020).
Baca: Ridwan Kamil: Pelabuhan Patimban Pintu Gerbang Lahirnya Kawasan Metropolitan Baru ‘Rebana’
"Kalau kita penggali makam biasa, kita boleh mengatur waktu. Misal kita laporan sekarang kuburnya bisa besok. Kalau saat ini seperti Anda lihat sendiri," imbuh Minar menceritakan sebelum ada pandemi Covid-19.
Baca: Kemenko PMK Raih Opini WTP 10 Kali Berturut-turut
Minar kembali bercerita, tujuh bulan diterpa pandemi Covid-19, para penggali kubur TPU Pondok Ranggon kewalahan karena keterbatasan tenaga. Jenazah Covid-19 yang datang terlalu banyak. "Itulah banyak keluarga yang antre. Sebetulnya bukan antre, karena satu keluarga kadang-kadang ada yang belum sampai," ujar Minar.
Disyukuri Minar tidak ada keluarga jenazah Covid-19 yang komplain. Anggota keluarga jenazah Covid-19 justru berterimakasih dan bersyukur atas pekerjaan yang dilakukan para penggali kubur. "Mereka tahu tenaga kita seperti apa. (Jenazah) dimakamkan, bahkan juga tidak ada yang ditolak, bisa dikuburkan. Cuma agak terlambat saja," katanya.
Pagi Hingga Larut Malam
Perbedaan pekerjaan yang dilakoni Minar begitu terasa. Sekarang, setiap ada jenazah Covid-19 datang, ia harus langsung menguburkan. Minar bahkan terkadang bersiaga hingga larut malam bila ada jenazah Covid-19 yang akan datang."Kemarin malam bahkan baru tiba di rumah sekira pukul 21:30 WIB malam. Paling malam dalam satu hari jam segitu," Minar bercerita.
Bulan puasa lalu bahkan Minar tidak pulang ke rumah selama satu minggu. Saat itu, tiap malam Minar tidur di TPU Pondok Ranggon sembari mencuci pakaian kerjanya.
Baca: Ekonom Ini Bilang, Grab Lebih Menginginkan Merger Ketimbang Gojek
Hal itu dilakukan Minar atas anjuran Kepala Sudin TPU Pondok Ranggon, yang meminta agar pakaian yang sudah dipakai para penggali kubur tidak boleh dibawa pulang ke rumah. Semua yang dikenakan para penggali, kata Minar, harus tetap berada di TPU Pondok Ranggon.
Anjuran Kepala Sudin TPU Pondok Ranggon ini berlaku sampai saat ini. Alasannya tak lain karena virus Covid-19 yang kasat mata."Jadi kita tidak membebani rumah tangga, tidak membebani istri. Kasihan yang di rumah, takutnya, karena penyakit ini kayak angin, tidak kelihatan. Takutnya nempel di badan, pakaian, baju," ujar dia.
Baca: Kemen PPPA Raih Penghargaan Opini WTP Atas Laporan Keuangan 2019
Rekor harian Minar menguburkan jenazah Covid-19 berjumlah 42. "Itu rasanya kayak kerja terus. Istirahat kami itu seperti ini, sehabis memakamkan, kita duduk seperti ini di sekitar makam," kata Minar.
Jenazah Covid-19 pertama kali datang ke TPU Pondok Ranggon pada 23 Maret 2020. Saat itu Minar dan para penggali kubur lain belum mengetahui apa itu Covid-19."Waktu awal memakamkan jenazah Covid-19 itu saya belum takut, karena awalnya itu saya tidak tahu," jelas Minar.
Saat itu kebetulan regu penggali kubur D yang bertugas. Minar salah satu yang bertugas. Pertama kali memakamkan jenazah Covid-19, Minar mengira itu adalah pemakaman biasa.
"Jadi waktu itu kita tidak takut karena kebiasaan sehari-hari memakamkan jenazah. Begitu ada berita di TV nasional, di sosial media, baru kita semua khawatir. Bukan takut, tapi khawatir," ujar Minar.