News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Nasib Tragis Tiga Bocah Dipaksa Mencuri, Minum Miras, hingga Dianiaya: Ditemukan Menangis

Editor: Ifa Nabila
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tiga anak yang ditemukan oleh petugas PPSU di bawah jembatan Pasar Pagi, Tambora, Jakarta Barat (9/11/2020).

TRIBUNNEWS.COM - Tiga orang bocah menjadi korban penganiayaan, mulai dari dipaksa mencuri hingga minum minuman keras.

Mereka adalah RR (10), RM (9), dan N (5).

Ketiganya ditemukan oleh petugas PPSU Roa Malakan, Hamim (54) pada Senin (9/11/2020).

Berdasarkan keterangan anak, mereka ditelantarkan oleh seorang remaja yang menyuruhnya mencuri dan mengonsumsi minuman keras (miras).

Baca juga: POPULER Pria Ditinggal Istri dan Kedua Mertua setelah Nikah | Perangkat Desa Hamili Janda 5 Bulan

Beruntung, dua dari tiga bocah tersebut telah dijemput oleh orangtuanya pada Rabu (11/11/2020) malam.

Sementara itu, satu anak lainnya dirujuk ke pusat rehabilitasi sosial anak yang dikelola Kementerian Sosial.

Namun, banyak hal yang telah dilalui ketiga bocah ketika hidup di jalanan.

Ditemukan saat menangis histeris dan ketakutan

Hamim mengaku menemukan tiga orang bocah tersebut pada Senin sekitar pukul 19.30 WIB. Saat itu, ketiga bocah tersebut menangis histeris dan ketakutan.

"Itu saya lagi nyapu-nyapu, tiga anak itu menangis," jelas Hamim ketika ditemui Kompas.com, Kamis (12/11/2020).

Ia yakin ketiga anak tersebut ditelantarkan dan bukan berasal dari lokasi sekitar. Ia pun menghampiri mereka.

"Daerah itu pertokoan semua jauh dari permukiman. Anak-anak berkeluyuran di situ. Inisiatif saya, ini mereka ini bukan anak sini. Mau enggak mau saya amankan," ujar Hamim.

Di sela-sela tangisnya, salah seorang bocah mengatakan bahwa mereka ditelantarkan oleh seorang remaja yang ada di bawah kolong jembatan tersebut.

Baca juga: Bocah 5 Tahun Selalu Lambaikan Tangan pada Kendaraan yang Lewat, Ternyata Tersesat dari Luar Kota

Menanggapi kisah sang bocah, Hamim langsung menyerahkan ketiga anak kepada petugas pengamanan dalam (Pamdal) kawannya, Mustakim, agar bisa bisa ditangani lebih lanjut.

"Dibawa dengan mobil PPSU, lalu saya serahkan ke Bapak Mustakim, Pamdal. Saya minta tolong karena saya masih kerja," tambah Hamim.

Hingga dibawa ke kantor kelurahan, ketiganya masih histeris.

"Kayak orang ketakutan, enggak mau ngomong. Baru kami tenangkan di aula (kantor kelurahan). Baru dia mau ngomong. Sampai dibawa ke kantor lurah masih nangis terus itu," jelas Mustakim.

Dipaksa mencuri dan dipukuli

Setelah dibawa ke pihak kelurahan, ketiga bocah kemudian diserahkan kepada Suku Dinas Sosial untuk penanganan lebih lanjut.

Mereka tinggal di GOR Cengkareng, tempat shelter sementara milik Suku Dinas Sosial Jakarta Barat.

Ketika dimintai keterangan oleh Kompas.com, salah seorang bocah mengaku mereka dipaksa mencuri oleh remaja yang menelantarkannya. Tak hanya itu, kekerasan sempat mereka terima.

"Kalau enggak mau maling ditinggalin, terus digebukin. Pernah digebukin di tempat gelap," ujar RR.

Selain itu, RR juga mengaku sering disundut rokok oleh remaja tersebut.

RR menunjukkan beberapa bekas sundutan di bagian tubuhnya, termasuk kaki dan lengan yang disundut rokok oleh sang remaja.

Di samping itu, RR mengaku pernah disuruh menggunakan lem aibon dan minum minuman keras.

RR menyatakan, ada dua remaja yang melakukan hal tersebut.

Ciri-ciri fisiknya, salah satu remaja memiliki tato bintang di pelipis, sementara satu orang lainnya memiliki tato di bagian lengan.

Baca juga: Istri Banting Tulang Merantau ke Kota, Suami di Kampung Malah Rudapaksa Anak 10 Kali hingga Hamil

Hilang dari rumah satu bulan

Rupanya, RM dan N merupakan anak hilang.

Orangtua mereka tahu setelah mendapat informasi dari pemberitaan media.

Sang orangtua langsung mendatangi Kantor Kelurahan Roa Malaka, Rabu (13/11/2020) sore.

Saat itu, mereka belum tahu bahwa anaknya telah dibawa ke GOR Cengkareng.

Kepada staf dari kantor Kelurahan, termasuk Mustakim, kedua orangtua menanyakan keberadaan anaknya sambil menangis histeris.

“Orangtuanya datang nangis histeris. Katanya anak sudah pergi sebulan. Katanya, dulu pergi diajak sama temannya ke Senen,” ujar Mustakim.

Namun, sejak pergi ke Senen hari itu, kedua anak tidak pernah kembali ke rumah lagi.

Di tengah tangisannya, orangtua RM dan N menanyakan kabar dari anak-anaknya.

"Nanya, katanya anak saya gimana? Ada luka-luka nggak? Saya ceritain, ada luka-luka, pas ditemuin nangis-nangis," kata Mustakim.

Petugas dari kantor kelurahan Roa Malaka lalu mengarahkan sang orangtua untuk pergi ke GOR Cengkareng.

RM dan N akhirnya kembali pulang. Sementara, satu korban lain, yakni RR, akan dirujuk ke BRSAMPK Handayani, Bambu Apus, karena membutuhkan perlindungan khusus.

Pasalnya, RR mengatakan bahwa kedua orangtuanya sudah meninggal. Begitu juga dengan kakeknya.

Kepada Kompas.com RR menyatakan bahwa ia sudah lama tinggal di jalanan dan tak pernah mengecap bangku sekolah.

Menanggapi kasus ini, pihak Kementerian Sosial mengatakan akan melaporkan kasus tersebut kepada polisi.

Namun, masih ada serentetan tahap yang harus dilalui sebelum melapor, termasuk melakukan assessment kebutuhan dasar dari anak dan berkoordinasi dengan wali dari anak. (Kompas.com/Sonya Teresa Debora)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pilu Tiga Bocah Dipaksa Mencuri dan Dianiaya, Selamat berkat Petugas PPSU"

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini