"Yang jelas (penyitaan kotak amal) itu bulan lalu hari Jumat, tanggalnya saya lupa. Harinya saya ingat karena itu habis Jumatan," kata AM saat ditemui di lokasi, Rabu (16/12/2020).
AM menjelaskan, hari itu sebanyak enam anggota polisi berpakaian preman mendatangi warungnya.
Mereka bersikap seperti biasa layaknya pembeli, memesan makanan dan minuman.
"Biasa saja pesan soto, minum. Makan saja mereka seperti biasa," ujar AM.
Di sela-sela menyantap makanannya, kata AM, polisi memperhatikan satu per satu kotak amal yang ada di warung soto miliknya.
Ada empat kotak amal yang ada di meja pembeli di warung soto tersebut, termasuk milik terduga teroris.
"Habis mereka makan baru ngomong soal kotak amal. "Kotak amal ini kita bawa ya'. Kata polisinya begitu," ucap AM.
"Saya tanya, bapak dari mana? 'Dari Mabes Polri, ini ada hubungannya sama teroris', kata dia begitu," tambahnya.
Begitu tahu orang yang ingin menyita kotak amal itu adalah polisi, AM pasrah dan tidak menghalangi pihak yang berwenang.
AM mengungkapkan, mulanya pelaku merupakan salah satu pembeli di warung soto miliknya.
Pelaku bahkan sudah menjadi pelanggan setia di rumah makan tersebut.
Sekira September hingga November 2020, pelaku sering membeli makanan di warung soto tersebut.
"Seminggu itu bisa empat sampai lima kali dia beli makan di sini, dan belinya tuh banyak," kata AM saat ditemui di lokasi, Rabu (16/12/2020).
Sekali beli, jelas AM, pelaku bisa memborong hingga sembilan porsi soto.