"Dia nggak makan di sini, selalu dibungkus," ujar dia.
Menurut AM, pelaku juga memintanya untuk menyediakan mangkuk khusus dengan alasan di kantornya tidak ada peralatan makan.
AM dan suaminya menyetujui permintaan pelaku. Yang jadi pertimbangan, pelaku merupakan pelanggan setia.
"Ya karena dia sering beli di sini, beli banyak juga, ya akhirnya kita sediakan mangkuk plastik. Tapi bukan sterofoam ya, karena takut mengubah rasanya kan," tutur AM.
Setelah hampir tiga bulan menjadi pelanggan, baru lah pelaku mengutarakan niatnya untuk menitipkan kotak amal.
"Dia bilang, 'bu saya titip kotak amal ya di sini'. Saya sempat mau tolak karena di sini kan sudah banyak kotak amal. Sudah ada tiga," kata dia.
Namun, pada akhirnya AM tetap mengizinkan pelaku untuk menitipkan kotak amalnya.
"Tapi baru tiga hari di sini, kotak amalnya sudah diambil polisi. Orangnya juga sudah ditangkap katanya," ujar AM.
Kotak amal yang "dititipkan" di rumah makan tersebut berbeda dengan kotak amal pada umumnya.
Biasanya kotak amal yang disebar berbentuk kotak terbuat dari kaca dan aluminium.
Namun, di warung soto ini, kotak amal tersebut berbentuk seperti kaleng susu.
Di kotak amal tersebut tertulis nama Lembaga Amil Zakat Abdurrahman bin Auf. Selain itu juga terdapat tulisan ajakan untuk bersedekah.
"Ringan beban hidup dengan bersedekah," demikian bunyi tulisan di kotak amal tersebut.
"Barang siapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya, hendaklah dia membantu (menyelesaikan) kesulitan orang lain."
Sebelumnya, berdasarkan data Mabes Polri, 13 ribu kotak amal yang tersebar di Indonesia digunakan sebagai media pendanaan kelompok teroris.
Empat ribu kotak amal di antaranya berada di wilayah Lampung.