Mereka tidak bisa mencari nafkah di sekitar lingkungan Museum Fatahillah, sehingga sebagian dari anggota komunitas yang tidak bisa bertahan hidup di Jakarta, memilih kembali ke daerah asalnya.
Bahkan untuk bertahan ada yang menjual properti yang biasa digunakan untuk pertunjukan pada saat ada atraksi atau aktivitas event.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, kata Rahmi, melalui program pengabdian masyarakat ini perlu membuat protoype website komunitas sebagai wadah mengembangkan usaha dan memasarkannya.
Hasil produksi atau karya dari komunitas dan bentuk-bentuk ekspresi serta talenta lainnya dapat dipromosikan dan dipublikasikan melalui website tersebut.
Dengan demikian akan membangun jaringan komunikasi antarkomunitas dan hasil karya produk ke depan dapat menghasilkan keuntungan bagi komunitas.
Sehingga dengan kondisi pandemi ini para komunitas tetap bisa bertahan mengatasi kesulitan ekonomi. Pemasaran karya hasil komunitas dapat menjangkau pasar lebih luas baik skala domestik maupun global.
Sedangkan dari aspek SDM lanjut Rahmi melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini para komunitas diberikan pendidikan melalui pelatihan bahasa Inggris, pelayanan prima dan kewirausahaan, membuat paket wisata warisan budaya, serta memandu wisata dan memasarkannya kepada pasar sasaran yang tepat, baik secara virtual maupun secara langsung.
"Kegiatan pengabdian masyarakat komunitas dengan menggunakan community development, maka akan terciptanya kapasitas sumber daya manusia, dalam hal ini komunitas dengan mengoptimalkan potensi SDM yang menghasilkan kreativitas dan produk unggulan sebagai daya tarik wisata, sehingga dapat meningkatkan perekonomian," kata Rahmi.
Ke depan menurut Rahmi, kegiatan ini diharapkan tetap berkelanjutan, karena peran lembaga pendidikan sebagai penggerak dalam membentuk community development melalui instrumen pendampingan, sangat penting dalam meningkatkan kapasitas komunitas dengan cara membangun kesadaran komunitas (aware) yang mampu mengubah pola prilaku dalam menerapkan turut serta membangun pariwisata yang berkelanjutan (sustainable).
Langkah ini pada akhirnya dapat mensejahterakan komunitasnya. Hal ini juga sejalan dengan penguatan komunitas di Kota Tua, sebagai daya tarik wisata sejarah untuk wilayah perkotaan tempo dulu (sejarah) melalui digital dapat terwujud.
"Penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan masyarakat ini sangat penting karena komunitas di kawasan Kota Tua disiapkan untuk mengembangkan produk yang kreatif dan inovatif, mendorong kolaborasi antar zone serta melibatkan pasar potensial yang diwakili oleh para pelaku usaha pariwisata sebagai business customers (buyers) dan pengunjung kawasan Kota Tua sebagai end consumer," jelas Rahmi.
Dengan kegiatan ini Rahmi optimis akan terbangun sebuah sistem yang saling memberikan manfaat bagi para pelaku usaha pariwisata, pengelola dan komunitas yang saling bersinergi dan pembangunan pariwisata berkelanjutan akan dapat terwujud secara selaras dan dinamis.(Willy Widianto)