1. Pada 18-19 Februari 2021, termonitor adanya aktivitas seruakan udara yang cukup signifikan.
Sehingga, mengakibatkan awan hujan di wilayah bagian barat.
2. Ada aktivitas gangguan atmosfer di zona ekuator, yang mengakibatkan perlambatan dan pertemuan angin.
Ada pembelokan dari arah utara ke wilayah Jabodetabek yang bergerak melambat.
"Di situlah terjadi intensitas pembentukan awan-awan hujan yang akhirnya terkondensasi menjadi hujan dengan intensitas tinggi," kata Dwikorita.
Selain itu, pertemuan angin dari arah Asia, kemudian bertemu dengan angin dari arah Samudra Hindia.
"Karena bertemu jadi terjadi penghambatan, jadi dari utara itu terhalang."
"Tidak bisa langsung menerobos ke selatan, karena terhalang angin dari arah barat."
"Sehingga angin dari utara membelok ke timur, dan melambat."
"Di situlah terjadinya peningkatan pembuatan awan-awan hujan," papar kepala BMKG.
3. Adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi.
Hal ini mengakibatkan potensi pembentukan awan-awan hujan di wilayah Jabodetabek.
4. Terpantaunya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian Pulau Jawa.
"Berkontribusi juga dalam pola pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa bagian barat," imbuh Dwikorita.
(Tribunnews.com/Tio/Nuryanti)