"Hampir merata di seluruh wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan," papar Dwikorita.
Baca juga: Anya Geraldine Curhat Kebanjiran hingga Tak Bisa Pulang: Ngungsi Seada-adanya, Sebal
Baca juga: Banjir di Jakarta: Wagub DKI Sempat Klaim Banjir Berkurang, BMKG Prediksi Hujan Lebat Masih Terjadi
Baca juga: Perumahan Ciledug Indah I Banjir, Warga Mengungsi ke Loteng, Mobil Banyak Terendam
Penyebab Hujan Ekstrem di Jabodetabek
Dalam konferensi pers, Dwikorita juga menyampaikan faktor utama penyebab curah hujan ekstrem di Jabodetabek seperti berikut:
1. Pada 18-19 Februari 2021, termonitor adanya aktivitas seruakan udara yang cukup signifikan.
Sehingga, mengakibatkan awan hujan di wilayah bagian barat.
2. Ada aktivitas gangguan atmosfer di zona ekuator, yang mengakibatkan perlambatan dan pertemuan angin.
Ada pembelokan dari arah utara ke wilayah Jabodetabek yang bergerak melambat.
"Di situlah terjadi intensitas pembentukan awan-awan hujan yang akhirnya terkondensasi menjadi hujan dengan intensitas tinggi," kata Dwikorita.
Selain itu, pertemuan angin dari arah Asia, kemudian bertemu dengan angin dari arah Samudra Hindia.
Baca juga: Sejumlah Jalan Tol di Jabodetabek Terendam Banjir Pada Sabtu Pagi, Ini Daftarnya
Baca juga: Layanan Transjakarta Terganggu karena Banjir, Ada Tiga Rute yang Terhenti
Baca juga: Rumah Terendam Banjir saat Isoman, Satu Keluarga di Bekasi Dievakuasi Petugas Berpakaian APD
"Karena bertemu jadi terjadi penghambatan, jadi dari utara itu terhalang."
"Tidak bisa langsung menerobos ke selatan, karena terhalang angin dari arah barat."
"Sehingga angin dari utara membelok ke timur, dan melambat."
"Di situlah terjadinya peningkatan pembuatan awan-awan hujan," papar kepala BMKG.
Baca juga: Kemang X Jaksel Terendam Banjir, Warga Minta Perahu Karet untuk Evakuasi Bayi dan Lansia
Baca juga: Sabtu Pagi, Sejumlah Ruas Tol di Jakarta dan Sekitarnya Terendam Banjir, Berikut Daftarnya
Baca juga: Lantai Dasar Pasar Cipulir Terendam Banjir Sepinggang Orang Dewasa, Listrik Dipadamkan
3. Adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi.
Hal ini mengakibatkan potensi pembentukan awan-awan hujan di wilayah Jabodetabek.
4. Terpantaunya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian Pulau Jawa.
"Berkontribusi juga dalam pola pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa bagian barat," imbuh Dwikorita.
(Tribunnews.com/Nuryanti)