Tintin mengaku tiada hari yang tidak ia gunakan, ia selalu menekankan prinsip untuk selalu maju.
Meskipun saat itu usianya memang masih cukup muda, ia gunakan untuk bekerja membantu orangtuanya.
"Saya selalu menekankan kemauan dari diri sendiri itu untuk saya bisa maju. Saya ingat kalau mau enak ya harus bekerja keras," katanya.
Melihat orang kota dari Jakarta yang terlihat hidup enak, membuat Tintin Surtini memutuskan untuk mencoba pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan setelah lulus SMA.
Meski kala itu ia tak punya banyak pengalaman kerja, yang terpenting dirinya harus bisa mandiri.
Berbekal uang yang ia punya Rp 500, Tintin Surtini meminta izin orangtuanya untuk pergi ke Jakarta.
Ibunya pun pada akhirnya merestui.
Saat itu ia berangkat ke Jakarta pada bulan Februari 1973.
"Saat itu saya nekat ke Jakarta. Waktu itu uang juga pas pasnya yang saya kumpulin dari bekerja buruh tani. Saya hanya bawa ijazah sekolah, uang 500 rupiah dan bawa bekal singkong saat itu," katanya.
Kala itu, Tintin Surtini mengaku tak memiliki tujuan.
Ia hanya berpatokan pada ucapan mendiang ayahnya saat itu yang memiliki teman di kawasan Kebayoran.
Baca juga: Biografi RA Kartini dan 10 Kutipan tentang Peran Perempuan dalam Buku Habis Gelap Terbitlah Terang
Meski memiliki saudara di Jakarta Selatan, Tintin tak mengetahui alamat jelasnya.
Ketika melintas di kawasan Kebayoran dengan menumpang bus, ia sempat melihat Masjid Al-Azhar.
Bahkan saat sampai di Blok-M, ia kembali berjalan kaki dan menuju Masjid Al-Azhar yang ia sempat lihat saat perjalanan.