TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi kualitas udara DKI Jakarta pada hari pertama Idul Fitri 1442 Hijriah menunjukkan tren penurunan parameter karbon monoksida (CO).
Kondisi ini disebabkan aktivitas transportasi di ibu kota yang berkurang, sehingga konsentrasi CO jadi rendah.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Syaripudin mengatakan konsentrasi CO berada di angka relatif kecil khususnya di hari menjelang lebaran.
"Pada tren 4 tahun terakhir dari tahun 2016 sampi 2020 menunjukan penurunan untuk parameter CO, ini karena kondisi transportasi yang berkurang di Jakarta menjelang hari lebaran. Namun cenderung stabil untuk parameter NO2, SO2 dan 03 (Ozon)," kata Syaripudin dalam keterangannya, Sabtu (15/4/2021).
Namun kata Syaripudin, saat lebaran hari pertama, ada peningkatan konsentrasi PM2,5 dan PM 10 yang merupakan polutan dari antropogenik seperti industri, transportasi serta alam.
"Namun terjadi peningkatan untuk konsentrasi PM2,5 dan PM 10. PM 2,5 ini merupakan polutan yang bersumber dari antropogenik seperti industri, transportasi dan alam. Dimungkinkan aktivitas menjelang Idul Fitri di Jakarta meningkat sehingga menyebabkan PM 2,5 dan PM 10 juga juga ikut meningkat," tuturnya.
Baca juga: Hari Pertama Lebaran, Tonase Sampah DKI Jakarta Capai 2.142 Ton
Diketahui ada 6 Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup DKI.
Tersebar diantara lain, di Bundaran HI (DKI-1), Jakarta Pusat peruntukan roadside; Kelapa Gading (DKI-2), Jakarta Utara peruntukan pemukiman; Jagakarsa (DKI-3), Jakarta Selatan peruntukan pemukiman; Lubang Buaya (DKI-4), Jakarta Timur peruntukan pemukiman; Kebon Jeruk (DKI-5), Jakarta Barat peruntukan pemukiman; dan 1 unit SPKU mobile.